jpnn.com - JEDDDAH – Hampir seluruh jamaah haji Indonesia didera rasa kecewa saat menunggu pemberangkatan kembali ke tanah air.
Bukan lantaran harus menunggu lebih dari enam jam dalam kondisi sumuk, tapi karena barang-barang yang mereka beli banyak yang harus dibuang.
BACA JUGA: Gak Apa-apa Mas Kaesang, Asal Kalau jadi Istri yang Muslimah yaââ¬Â¦
Alasannya, barang-barang itu melebihi berat maksimal yang boleh dibawa ke dalam kabin.
Petugas Garuda Indonesia memang hanya mengizinkan jamaah haji masuk ke dalam kabin dengan membawa satu tas tenteng. Ketentuan lainnya, berat maksimal tas tenteng itu 7 kg.
BACA JUGA: Saya Tidak Menyangka Dia Menjadi Pelaku Suap
Padahal, hampir semua jamaah datang ke Bandara King Abdul Aziz dengan membawa lebih dari satu tas.
”Tadi saya membawa dua botol air zamzam di dalam tas. Tapi disuruh buang. Ya terpaksa ditinggal,” kata Agus Suparto, jamaah haji embarkasi Jakarta Pondok Gede kemarin.
BACA JUGA: Mau Tahu Sulitnya Menghubungi Keluarga WNI Sandera Abu Sayyaf?
Agus memang hanya menanggung sedikit kecewa. Namun beda dengan jamaah lain yang harus membuang barang bawaan hasil belanja.
Ada yang terpaksa meninggalkan rice cooker, mainan anak yang sengaja dibeli untuk cucu di tanah air, baju, sajadah, kain ihram, karpet, bahkan termos-termos berwarna emas khas oleh-oleh dari tanah suci.
Tampak juga satu tas besar buah-buahan, air zamzam lima liter yang sudah dikemas melalui jasa wrapping di bandara, hingga pemanas air.
Harga air zamzam kemasan itu sebenarnya tidak mahal, yakni 9 riyal (Rp 31.500). Namun ongkos wrapping-nya 10 riyal (Rp 35.000).
Selama dua hari terakhir, air zamzam itu menjadi barang tercecer yang terpaksa ditinggalkan jamaah di bandara.
”Saya coba bawa dua kursi lipat pulang. Nggak tahu nanti bisa masuk apa tidak,” ujar Mawardi, jamaah kloter 2 embarkasi Padang.
”Kalau tidak bisa masuk ya terpaksa ditinggal,” imbuhnya. Kemarin, barang-barang yang dibuang para jamaah itu menumpuk di ruang tunggu bandara.
Dalam satu kloter yang rata-rata berisi 400 jamaah, lebih dari separonya membuang barang bawaan yang melebihi satu tas tenteng.
Saat kloter itu bergerak menuju gate imigrasi, barang-barang itu ditinggalkan dan menjadi rebutan kuli angkut bandara.
Pemandangan petang di tempat parkir Bandara King Abdul Aziz pun ibarat kepulangan kuli angkut dari berbelanja.
Mereka yang kebagian shift siang, pulang dengan menenteng tiga sampai empat tas plastik penuh barang bawaan jamaah haji Indonesia yang dibuang.
Sebagian jamaah mengaku tidak tahu kalau maskapai Garuda hanya memberikan izin satu tas jinjing yang boleh masuk ke dalam kabin.
Karena itulah, banyak di antara mereka yang membawa tas jinjing plus bungkusan berisi aneka barang.
Akibatnya, banyak yang kecewa lantaran oleh-oleh untuk cucu yang sudah lama disiapkan harus terbuang percuma.
Kepala Sektor 1 Daerah Kerja (Daker) Airport PPIH Mulyo Widodo mengungkapkan, sebenarnya sudah ada sosialisasi ke jamaah agar tidak membawa barang berlebih ke dalam kabin pesawat.
Namun banyak di antara mereka yang coba-coba, hingga akhirnya harus dibuang di bandara. Perkiraan dia, berat barang yang menumpuk itu sudah hampir mencapai satu ton.
”Sudah berkali-kali diingatkan jangan membawa air zamzam. Faktanya hampir semua jamaah mencoba, akhirnya dibuang di sini (bandara, Red),” ujarya.
Kepala Daker Airport PPIH Nurul Badruttamam menunjukkan barang-barang jamaah yang dibuang dan akhirnya disimpan petugas PPIH.
Jumlahnya sangat banyak. Itu tidak termasuk barang-barang yang sudah dibawa pulang para kuli angkut bandara.
”Kami mohon dengan sangat kepada para jamaah agar barang yang dibawa masuk ke dalam kabin pesawat tidak melebihi ketentuan tujuh kilogram. Pasti akan dikeluarkan,” ujarnya.
Dia mengingatkan, tas yang boleh dibawa masuk ke kabin juga hanya yang dibagikan maskapai Garuda atau Saudi Arabian Airlines.
Sedangkan barang-barang yang dilarang dibawa antara lain gunting, pemotong kuku, cutter, pisau, dan air zamzam dalam kemasan botol 1 liter sampai empat liter. (fat/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Indonesia Mulai Pulangkan Jemaah Haji
Redaktur : Tim Redaksi