jpnn.com - JAKSEL – Rekor kambing kurban terberat tercipta di Jakarta Minggu (5/10). Jika biasanya bobot kambing kurban hanya 20–40 kilogram, kambing super ini mempunyai bobot yang jauh lebih berat. Berdasar pengukuran dan penimbangan, kambing jenis etawa milik Dompet Dhuafa tersebut berbobot 135 kilogram.
Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini menuturkan, kambing dengan bobot yang lebih dari itu memang banyak. Namun, kambing kelas berat yang dikurbankan baru kambing tersebut. Karena keunikannya itu, kambing yang berasal dari Lumajang, Jawa Timur, tersebut mendapat anugerah Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai kambing kurban terberat di dunia.
BACA JUGA: Buruh Tolak Usulan UMK 2015
Untuk menyerahkan catatan rekor itu, Jaya Suprana, pendiri Muri, mendatangi langsung lokasi penyerahan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
’’Banyak sekali rekor yang dicatat hari ini. Tetapi, saya lebih memilih ke sini karena ingin melihat kambing yang lebih berat daripada saya,’’ tuturnya lantas tertawa.
BACA JUGA: Cegah Saling Contek, 80 Ribu Soal Tes CPNS Diacak
Ekspektasinya sempat luntur. Sebab, saat akan ditimbang, si kambing sedikit berontak. Jaya begitu ingin memastikan kambing tersebut lebih berat dari berat dirinya yang mencapai 100 kilogram.
Untungnya, panitia memiliki metode pengukuran lain, yakni mengukur lingkar dada. Saat diukur, lingkar dada kambing itu 115 sentimeter. Lingkar dada tersebut setara dengan bobot 135 kilogram. Kambing yang dibeli dengan harga Rp 19 juta itu diperkirakan bisa disalurkan kepada 300 orang penerima kurban.
BACA JUGA: 19 Napi Narkoba Kabur dari Penjara
Ahmad menyatakan, pihaknya sebenarnya tidak memiliki target untuk mencatatkan pada rekor Muri. Persiapannya pun tidak berlangsung lama.
’’Kebetulan kami memang menemukan kambing yang bobotnya baik. Ternyata, itu merupakan kambing kurban terberat di Indonesia, bahkan dunia,’’ ungkapnya.
Menurut dia, rekor Muri merupakan inspirasi untuk menggerakkan masyarakat agar berkurban. Semakin banyak yang berkurban, semakin banyak juga orang-orang yang mendapat manfaat.
Hal itu ditanggapi dengan baik oleh Jaya. Menurut dia, ada hal yang lebih penting ketimbang pencatatan rekor, yakni makna pengorbanan. Makna itulah yang perlu diteladani. Dia menuturkan, zaman dulu orang-orang seolah-olah berlomba untuk bisa berkorban demi sesama. Namun, saat ini justru sebaliknya. Mereka justru merasa tidak rela berkorban. Tidak sedikit di antara mereka yang malah rela mengorbankan orang lain demi kepentingannya.
’’Peristiwa Idul Adha ini harus menjadi inspirasi dan teladan bagi orang agar mau berkorban untuk sesama. Ada makna kemanusiaan. Sebenarnya, rekor terindah adalah rekor yang mempunyai makna kemanusiaan,’’ ujar Jaya.
Setelah pencatatan rekor Muri, kambing etawa itu langsung dibawa ke lokasi pemotongan di kawasan Sintala, Tangerang. Setelah dipotong, daging kurban didistribusikan ke Komunitas Kusta Sitanala hari ini (6/10). Di lokasi pemotongan tersebut, juga akan diadakan kegiatan memasak daging kurban bersama.
Komunitas mantan penderita kusta sengaja dipilih karena kerap tidak diperhatikan, bahkan dikucilkan masyarakat. Padahal, mereka mempunyai hak yang sama.
"Ini merupakan bentuk perhatian kami kepada mereka. Selama ini, mereka hidup dalam diskriminasi," jelasnya. (and/oni/c23/bh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Debu Erupsi Sinabung Hingga Deli Serdang
Redaktur : Tim Redaksi