Kegigihan Dominic Witono mencari lowongan kerja di koran telah mengantarkannya mewujudkan mimpi untuk tinggal di Australia, sebuah impian yang sudah ia nantikan selama belasan tahun.

Dominic Witono kini bekerja sebagai chef di Sky City Darwin, sebuah kompleks hiburan dilengkapi restoran dan penginapan berbintang lima di ibukota Kawasan Australia Utara.

BACA JUGA: Makin Banyak Pria Ditangkap di Bandara Australia Karena Miliki Bahan Pornografi Anak-Anak

Saat ia melihat ada lowongan kerja disana dari iklan baris koran Kompas pada tahun 2008, Dominic langsung memberanikan diri untuk mendaftar dan diundang datang ke sesi wawancara yang dilakukan di Jakarta.

"Puji syukur terseleksi, saat itu ada enam dari kami yang diterima dan dikirim ke Darwin," ujar Dominic kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

BACA JUGA: Januari 2019 Tercatat Jadi Bulan Terpanas di Australia

Pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini sudah bekerja di dapur sebagai juru masak sejak akhir tahun 90an, termasuk bekerja di kapal pesiar yang pernah membawanya ke Italia. "Saat ini susah cari kerja di Darwin" Photo: Dominic mengatakan kunci utama untuk bekerja di Australia adalah berbahasa Inggris. (Foto: Koleksi pribadi)

BACA JUGA: Kemunculan Ormas Preman Selalu Warnai Dunia Politik Indonesia

Awal tahun 2019, pemerintah Kawasan Australia Utara, atau Northern Territory (NT) memberikan peluang bagi warga asing, termasuk dari Indonesia yang memiliki keterampilan untuk dapat bekerja dan menjadi penduduk tetap Australia.

Peluang diberikan lewat program migrasi di kawasan tertentu, atau DAMA II, dengan salah satu syaratnya adalah calon pekerja asing harus terlebih dahulu mencari perusahaan yang mau merekrutnya.

Tapi salah satu agen kerja di NT mengatakan kepada ABC Indonesia jika banyak perusahaan tidak tertarik mencari calon pekerja asing dari luar Australia.

"Di Darwin, rata-rata pengusaha memang mencari mereka yang sudah siap kerja dan sudah punya izin tinggal," kata Dominic.

Ia juga merasa perekonomian di NT saat ini sedang melambat setelah melihat banyak toko-toko di Darwin yang ditutup. Photo: Warga Indonesia saat sedang berkumpul di Darwin, ibukota Kawasan Australia Utara (Foto: Dominic Witono)

"Masalah di kalangan komunitas Indonesia saat ini adalah kesulitan mencari pekerjaan," kata Dominic yang juga Presiden Indonesia Australia Community Darwin.

"Terutama teman-teman pelajar yang mengeluhkan susahnya mendapat kerja sampingan untuk uang tambahan," ujarnya, meski mengatakan masih ada kemungkinan mencari pekerjaan.Carilah agen yang terdaftar di Australia

Dari pengalaman Dominic, kunci utama untuk bisa bekerja di Australia adalah memiliki kemampuan berbahasa Inggris, karena saat melamar pekerjaan pun akan ditanya nilai IELTS dan kemampuan bahasa Inggrisnya.

"Juga harus memiliki keterampilan khusus yang ditawarkan ke Australia," tambahnya.

"Jangan lupa rajin-rajinlah mencari iklan lowongan kerja yang bisa dipercaya."

Dari pengalamannya yang pernah tertipu oleh agen penyalur kerja di Jakarta yang menawarkan pekerjaan di Sydney, Dominic menyarankan agar lebih baik mencari agen kerja dari Australia.

"Bagusnya memilih agen penyalur kerja yang sudah terdaftar di Australia, kalau dari Indonesia susah mencari agen yang bisa dipercaya," jelasnya.

Situs resmi pemerintah NT telah menyediakan daftar agen-agen penyalur kerja resmi, meski kebanyakan dari mereka hanya mengiklankan lowongan kerja dan tidak membalas email yang diterima.

"Setiap harinya kita mendapat ratusan email dari luar Australia menanyakan bantuan, kita tidak bisa membantu siapa pun karena bukan kita yang memperkerjakan mereka," ujar Annette Law dari salah satu agen yang terdaftar. Photo: Dominic dan keluarganya mengaku sudah nyaman dengan kehidupan mereka di Darwin (Foto: Facebook)

Dominic mengatakan upah rata-rata di NT memang lebih besar jika ia bandingkan dengan kota-kota besar di Australia.

Tapi ia mengaku pengeluaran sehari-hari dan biaya hidup di NT juga lebih tinggi, meski masih bisa menabung.

Dominic kini merasa sudah nyaman tinggal di Darwin, terutama karena warganya yang ramah dan nyaris tak ada masalah sosial berbau rasial.

Tantangan baginya adalah cuaca ekstrim yang cukup panas dan harus selalu siap siaga kemungkinan terjadinya badai saat hujan.

Ikuti berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencari Suaka Di Pulau Manus Raih Penghargaan Sastra Bergengsi Australia

Berita Terkait