jpnn.com - JAMBI – Sekitar 190 hektar lahan pertanian di wilayah Kota Jambi direndam banjir.
Akibatnya para petani harus panen lebih awal dengan mengunakan perahu.
BACA JUGA: Kota Bandung Bakal Punya Tim Saber Pungli Sendiri
Sejumlah tanaman jagung dan cabai di kawasan Kecamatan Telanaipura juga terendam banjir.
Itu diakui oleh Irwansyah, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutahan Kota Jambi.
BACA JUGA: Begini Cara Polisi Meminimalisasi Peredaran Narkoba
“Luasan tanaman terendam bertambah. Sungai Batanghari terus naik, sehari bisa 15 cm naiknya,” kata Irwasyah, ketika dikonfiramasi (21/11) kemarin.
Diungkapkannya, untuk sawah yang terendam ada sekitar 190 Ha.
BACA JUGA: Ngeri! Pembalap Lepas Kendali, 7 Penonton Berdarah-darah
Yakni, sawah yang berada di kawasan Kecamatan Pelayangan sebanyak 130 ha, di Kecamatan Danau Teluk 60 ha.
Selain sawah, ada juga lahan pertanian lainnya yang terendam, seperti di Telanaipura ada 1,5 ha tanaman jagung dan 0,5 ha tanaman cabai juga terendam banjir.
“Baru terendam, belum Poso,” sebut Irwansyah.
Irwanysah mengatakan, pihaknya mengambil langkah untuk mengajak petani mempercepat masa panen.
Walaupun tanaman mereka digenangi air, pentani padi melakukan panen dengan menggunakan perahu.
“Memang sebagian padi sudah memasuki masa panen. Panennya pakai perahu, karena memang sudah terendam,” akunya.
Sementara, untuk tanaman jagung dan cabai yang terendam di Kecamatan Telanaipura, kata Irwansyah, tanaman tersebut belum menghasilkan.
“Jagungnya baru berumur 2 bulan, cabainya baru berumur 40 hari,” sebutnya.
Sedangkan untuk masa panen tanaman jagung dan cabai harus memasuki usia tanam 3,5 bulan.
Irwansyah berharap air segera surut, dan tanaman para petani tidak layu dan mati.
“Mudah-mudahan air segera surut. Kita pantau terus kondisi di lapangan,” pungkasnya.
Sementara itu Zainal, salah satu petani padi di kawasan seberang Kota Jambi mengatakan, sebagian dari sawah mereka yang terendam sudah memasuki masa panen.
“Tetap kita panen karena memang sebagian sudah matang,” ujarnya.
Dikatakannya pula, untuk memanen, mereka terpaksa berendam dan menggunakan perahu.
Jika terlalu lama terendam, dampak buruk pada kualitas padi itu sendiri.
Meski menggunakan sampan, ada juga sebagian padi yang tidak bisa dipanen karena tenggelam.
“Kalo yang sudah tenggelam kito panen surut kagek bae,” ujarnya.
Padi yang sudah dipanen, kata Zainal, segera dijemur. Jika tidak, padi menjadi kecambah dan kualitasnya buruk. (hfz/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lihat Nih, Bayi yang Dianiaya Ibunya Itu Terus Menangis Kesakitan
Redaktur : Tim Redaksi