SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika UtaraTetapi, sejauh ini baru kediktatoran Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan kepemimpinan Hosni Mubarak di Mesir yang terguling
BACA JUGA: Anak Presiden Yaman Kerahkan Kekuatan Militer
Pertanyaannya, di antara banyak negara yang bergolak di dunia Arab, mana yang akan menyusul dalam waktu dekat?Yang jelas, tumbangnya Ben Ali pada 14 Januari lalu membuat masyarakat di Palestina, Jordania, Turki, Yaman, Bahrain, Aljazair, Lebanon, Syria, dan Iran ikut bersorak
BACA JUGA: Pasukan Syria Gelar Operasi Militer
Revolusi senada pun pecah di negara-negara sekitarnya
BACA JUGA: Takut Adik Presiden, Warga Syria Lari ke Turki
Hanya Arab Saudi yang sejauh ini masih amanMeski sempat muncul riak-riak perlawanan di level akar rumput, pemerintahan Raja Abdullah bin Abdul Aziz sukses mempertahankan legitimasinya di SaudiPengamat politik Soumaya Ghannoushi menilai, bentuk monarki Saudi sangat menguntungkan Raja Abdullah dan pemerintahannya"Revolusi hanya menjadi problem serius negara-negara republikJadi, negara monarkhi seperti Saudi tak perlu cemas," ujar periset sejarah pada School of Oriental and African Studies tersebut dalam wawancara dengan koran The Guardian awal pekan lalu
Meski begitu, tuntutan perubahan seperti yang diserukan di Libya, Yaman, dan Syria pun berdengung di SaudiJika atmosfer reformasi di Jazirah Arab menguat, tak tertutup kemungkinan perubahan juga terjadi di negeri kaya minyak tersebutSebab, tuntutan rakyat bukan lagi kesejahteraan atau pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, melainkan juga keterbukaan atau demokrasi lebih luas
"Setiap negara yang dilanda krisis memiliki kondisi demografi, ekonomi, dan politik yang berbedaTetapi, gelombang revolusi di seluruh kawasan tersebut tak bisa diremehkanDalam kondisi pemerintahan seperti apapun, rakyat bisa memberontak karena imbas revolusi sipil," urai James Denselow, pakar keamanan Timur Tengah di King"s College, London, seperti dikutip The Muslim Observer
Dengan landasan itu, dia yakin bahwa Saudi pun segera terjangkit wabah reformasi"Mungkin, Saudi akan menjadi yang terakhir tersentuh revolusi, tapi kemungkinan itu tetap adaSaya rasa revolusi yang sama akan terjadi di Saudi," ungkapnyaGereget di Saudi mungkin tak akan sekuat revolusi di negara-negara lainSebab, negara monarkhi itu tak memberi ruang bagi rakyat untuk bersikap kritis.
Namun, sebelum revolusi menjalar ke Saudi, sejumlah rezim di dunia Arab bisa tergusur lebih duluKantor berita Press Trust of India (PTI) yang mengutip sejumlah analis meramalkan bahwa Libya, Syria, dan Yaman bisa terkena efek domino revolusi di dunia ArabSaat ini tiga rezim di sana kian terdesak untuk menghadapi demonstrasi oposisi
Hanya, meski desakan dari dalam dan juga luar negeri menguat, tanda-tanda pergantian rezim di Libya, Syria, dan Yaman belum juga terwujudPemimpin Libya Muammar Kadhafi yang tersudut masih enggan meletakkan tongkat kekuasaannyaPasukan NATO tak henti membombardir pusat kekuasaan di Kota Tripoli, tetapi sikap Kadhafi tidak melunakDia ngotot bertahan dan terus melawan
Situasi sama terjadi di YamanMeski meninggalkan negerinya sejak 3 Juni lalu karena terluka parah akibat serangan bersenjata ke istananya, Presiden Ali Abdullah Saleh tetap menolak lengserBegitu pula di SyriaRezim Presiden Bashar al-Assad yang berkuasa sejak 2000 tidak mau kompromi dengan oposisiPemimpin 45 tahun itu terus menggerakkan militer untuk membungkam suara-suara yang menentang dirinya
Ada pula prediksi bahwa revolusi sipil ala Tunisia akan menjalar ke Asia dan bahkan EropaBeberapa waktu lalu, Senator AS John McCain memperingatkan Myanmar bahwa gerakan anti pemerintah seperti di Jazirah Arab juga berpotensi terjadi di negeri ituBerikutnya, Korea Utara, Belarusia, dan Tajikistan menjadi tiga negara yang juga dinilai rawan terimbas revolusi.
Majalah Time pun menyebut Pemimpin Korut Kim Jong-il serta Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon sebagai tiga diktator yang segera lengserNamun, dalam editorialnya di Al-Jazeera pekan lalu, Kristen Saloomey malah meramalkan Palestina akan menyusul Libya, Yaman, dan Syria
Mengutip Pengawas Permanen PBB untuk Palestina Riyad Mansour, Saloomey menyatakan bahwa aksi turun ke jalan seperti yang pernah terjadi di Tunisia dan Mesir akan terjadi di Palestina"Jutaan warga akan berunjuk rasa masal sekitar September nanti saat Majelis Umum PBB menggelar sidangMereka akan mendukung terbentuknya negara Palestina," paparnya
Karena sensitifnya isu tersebut, Mansour yakin bahwa unjuk rasa tersebut akan terdiri atas dua kubuYakni, kubu yang mendukung dan menolak berdirinya negara PalestinaSebab, meski Palestina sudah mendapat banyak dukungan, Israel sebagai negara tetangga tidak pernah rela wilayah tersebut menjadi negara merdekaTak mustahil, kelahiran negara Palestina pun akan diawali dengan sebuah revolusi(berbagai sumber/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jerman Yakin Wabah E Coli Telah Berlalu
Redaktur : Tim Redaksi