jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Daerah Pemilihan Papua, Yan Mandenas menyoroti sejumlah isu di antaranya isu rasialisme.
Kasus terbaru, menurut Yan adalah kejadian yang diduga bernuasa SARA yakni kasus kematian warga berkulit hitam George Floyd di Amerika Serikat. Insiden tersebut, kata Yan, tentunya mengingatkan kita pada masalah rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
BACA JUGA: Diwarnai 2 Kasus Rasialisme, Inggris Pesta Gol di Kandang Bulgaria
Dalam konteks di Papua, Yan Mandenas menilai pemerintah pusat sudah melakukan berbagai langkah dalam penyelesaian masalah rasisme. Namun, dia mengakui masih banyak masyarakat Papua khusus para mahasiswa belum tentu puas dengan langkah-langkah hukum yang sudah dilakukan terhadap pelaku rasialis.
“Tetapi, saya berpikir masih ada langkah hukum lanjutan jika menganggap putusan tersebut belum memuaskan maka dilanjutkan ke tahapan selanjutnya atas dasar Putusan Pengadilan sehingga benar-benar mendapatkan Putusan Hukum yang memuaskan masyarakat Papua,” kata Yan Mandenas dalam keterangan persnya, Jumat (12/6).
BACA JUGA: Yan Mandenas Berharap Semua Moda Transportasi di Papua Kembali Beroperasi
Politikus Partai Gerindra ini berharap kasus rasisme di Surabaya jangan dihubungkan dengan kasus yang menimpa George Floyd di USA. Pasalnya, konteksnya berbeda dari aspek kepentingan politik, sosial budaya dan ekonomi di negara maju seperti USA dibandingkan dengan Indonesia yang sedang membangun bangsa secara bersama dari Sabang sampai Merauke.
“Kita akui masih banyak oknum-oknum yang bertindak atas perilakunya sendiri,” ujarnya.
BACA JUGA: Bagikan Sembako, Yan Mandenas Bangkitkan Semangat Mahasiswa Papua di Bandung
Lebih lanjut, Anggota Komisi I DPR yang membidang urusan pertahanan dan politik luar negeri ini mengajak seluruh komponen bangsa harus yakin bahwa negara kita didirikan atas landasan yang baik yakni melindunggi seluruh suku bangsa dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah.
“Tujuan itu harus dijalankan sesuai semboyan negara yakni Bhinneka Tunggal Ika. Dalam semangat itu, negara harus menghargai kesamaan hak masyarakat Papua sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas Yan.
Menurut Yan, hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai keberpihakan pemerintah pusat melalui kebjikan Otonomi Khusus dan kaderisasi Orang Asli Papua (OAP) pada beberapa jabatan strategis baik struktural maupun nonstruktural. Contohnya, menurut Yan, TNI dan Polri sudah mulai muncul beberapa jenderal Orang Asli Papua.
“Untuk itu, saya mengajak seluruh masyarakat Papua, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan Papua, LSM dan mahasiswa-mahasiswi Papua serta simpatisan untuk selalu mengedepankan dialog dalam menyelesaikan berbagai persoalan Papua,” katanya.
Langkah itu, kata Yan, sangat penting agar tidak menimbulkan aksi provokatif di masyarakat yang berakibat pada kerugian bagi kita sendiri.
Yan juga mengajak seluruh elemen masyarkat Papua untuk aktif berkomunikasi lewat para pemimpin Papua. Termasuk dirinya bersama anggota legislator asal Papua.
“Saya mengajak untuk duduk bersama memikirkan konsep terbaik dalam membangun Papua ke depan dan menghindari pengaruh-pengaruh negatif yang dikaitkan dengan isu Papua merdeka karena akan makin menyudutkan kita,” kata Yan.
Dalam bingkai NKRI, Yan selaku anggota DPR RI dari Dapil Papua dari Fraksi Partai Gerindra berharap pemerintah pusat terus membuka ruang dialog dengan seluruh elemen masyarakat Papua lebih khusus mahasiswa-mahasiswi Papua agar menghidari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Sebab Papua merupakan bagian penting dari NKRI yang wajib kita jaga bersama,” tegas Yan.(fri/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Friederich