"Yang Kelihatan Beda, Ada Makanan atau Tidak, Itu aja"

Minggu, 11 Januari 2015 – 07:40 WIB
Sriwijaya Air. Foto: destinasian

jpnn.com - MANAGER Humas Sriwijaya Air, Agus Sudjono  juga menilai struktur biaya antara maskapai full service dengan yang bertarif murah (Low Cost Carrier/LCC) tidak berbeda jauh.

Yang membuat LCC bisa menjual tiket dengan harga murah karena tidak memberikan layanan yang maksimum seperti maskapai full service.

BACA JUGA: Ini Kiat Lion Air Bisa Pasang Tarif Murah

"Biaya bahan bakar, tarif terminal, landing and take off charges semua sama, yang kelihatan beda ada makanan atau tidak itu aja," tukasnya.
       
Menurut dia, tarif promo itu memang hanya strategi marketing untuk menarik perhatian masyarakat. Seperti halnya Departemen Store yang menawarkan diskon harga pakaian hingga 70 persen.

"Yang di diskon 70 persen itu hanya sebagian, tidak semua item. Yang lain masih pakai harga normal, bahkan mungkin lebih mahal. Kalau pesawat dijual harga diskon semua ya bangkrut maskapainya," kata dia.
       
Lantas bagaimana caranya maskapai bisa tetap untuk dengan tiket promo. Agus menerangkan bahwa dalam suatu pesawat dibagi menjadi 10, 12 atau 14 bagian (subclasses).

BACA JUGA: Jonan Cari Alasan, Tarif Murah Jadi Sasaran

Maskapai kemudian membaginya dengan bermacam tarif mulai yang paling rendah hingga yang paling tinggi."Jumlah subclasses tergantung maskapai masing-masing. Itu masuk dalam revenue management system," ungkapnya.
       
Dalam suatu penerbangan selalu ditentukan revenue yang harus didapat. Angka itu kemudian dibagi menjadi berbagai macam harga.

"Kalau misalkan dalam suatu rute tarif batas atasnya Rp 1 juta, dengan aturan sekarang maka tarif paling rendahnya Rp 400.000. Nah, subclasses paling rendah itu nanti naik dari 400.000, kemudian Rp 450.000, lalu Rp 500.000, Rp 750.000 hingga Rp 1 juta," terangnya.
       
Total dari penjualan kursi itu tetap harus bisa menutupi target pendapatan dalam satu pesawat. Dengan begitu, harga setiap kursi terus berubah seiring dengan hukum pasar yaitu permintaan dan penawaran.

BACA JUGA: Dorong Pemerintah Serius soal Pemerataan Pembangunan

"Dulu ada tiket yang bisa dijual sangat murah untuk subclasses terendah, tapi konsekuensinya subclasses di atasnya harus dijual dengan harga yang mahal," jelasnya. (wir)

Perbedaan Struktur Biaya Maskapai

Jarak antar kursi :
Pada maskapai LCC jarak antar kursi lebih rapat, sedangkan pada maskapai full service jarak antar kursi lebih longgar. Misal pada pesawat Boeing 737-300, kursi yang digunakan mampu diatur sehingga memuat 148 penumpang. Sedangkan pada maskapai full service, hanya bisa menampung 128 penumpang.

Utilisasi pesawat :
Pada maskapai LCC tingkat keterpakaian pesawatnya lebih tinggi, sedangkan pada maskapai full service utilisasi pesawatnya lebih rendah. Sebagai contoh, maskapai LCC bisa memakai pesawatnya untuk terbang 10 kali dalam sehari, sementara full service hanya 4 kali dalam sehari

Mengatur rute :
Maskapai LCC hanya melayani rute-rute pendek dan menengah. Hal itu dilakukan supaya bisa meningkatkan utilisasi pesawat. LCC lebih efisien karena awak kabin tidak perlu menginap hotel di suatu kota yang disinggahi. Full service rutenya relatif lebih jauh sehingga awak kabin terkadang harus menginap.

Jenis pesawat :

Maskapai LCC umumnya menggunakan satu jenis pesawat dengan ukuran yang tidak besar. Sebab itu bisa mengurangi biaya perawatan, tidak perlu menyiapkan peralatan dan SDM yang banyak. Sementara maskapai full service memiliki banyak jenis pesawat, dari kecil hingga besar. Keuntunganya bisa menjangkau jarak yang jauh, kerugiannya biaya perawatan lebih besar.

Penjualan Tiket :
Maskapai LCC lebih mengandalkan penjualan tiket secara online atau melalui internet (sekitar 95 persen). LCC lebih menyukai tiket tanpa kertas (paperless) Sedangkan pada maskapai full service tiket sebagian besar dijual melalui konter-konter penjualan dengan menyewa ruang kantor.

Fasilitas :
Di penerbangan LCC penumpang harus membayar lagi jika ingin makan atau minum, sementara di maskapai full service semuanya tersedia dengan gratis sudah termasuk dalam harga tiket. Maskapai LCC juga tidak menyediakan hiburan seperti televise di pesawat, berbeda dengan penerbangan maskapai full service.

Kebersihan :
Di maskapai LCC, pramugari atau pramugara bertugas membersihkan sendiri kursi penumpang. Sementara maskapai full service menyewa pihak ketiga untuk melakukan pembersihan setelah penumpang turun.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelindo IV Segera Operasikan Kapal Pandu Rp 7 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler