Yang Meningkat Indeks Frustasi

Rabu, 28 Januari 2009 – 14:55 WIB
SOLO - Momentum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP ke IV di Solo Jawa Tengah benar-benar dimanfaatkan kubu Megawati untuk menguliti pemerintahan SBY dengan kritik-kritik pedasnyaSetelah menuding SBY sedang mempermainkan rakyat dengan politik yoyo, kini giliran Mega Institute membeberkan sejumlah data yang pada intinya membantah keberhasilan SBY seperti yang  terdapat pada iklan politik yang ditayangkan sejumlah televisi dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut Hendrawan Supratikno, dari Dewan Pakar Megawati Institute menilai indeks frustasi masyarakat Indonesia selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla, terus meningkat."Indeks frustasi masyarakat terdiri dari indeks kesengsaraan dan kelangkaan," kata Hendrawan Supratikno di Solo, Rabu (28/1)

Menurutnya

BACA JUGA: HNW Isyaratkan Emoh Jadi Cawapres Mega

indeks kesengsaraan rakyat Indonesia meningkat dari 15 persen pada tahun 2004 menjadi 19 persen pada tahun 2008
Sementara pemerintah terlalu sibuk tebar pesona, mengiklankan diri bahwa berbagai kemajuan dibidang ekonomi telah berhasil dicapai

BACA JUGA: MK : Pilgub Ulang Jatim Selesai

''Kalau betul pemerintahan ini sarat dengan prestasi, seharusnya mereka tidak perlu iklan,'' Hendrawan menegaskan.

Pada kesempatan itu, Mega Institute membantah semua prestasi yang diklaim SBY seperti yang ditayangkan iklan-iklan politiknya
Menurut Mereka, apa yang ada pada iklan SBY bagus, ketika diteliti secara benar justru sebaliknya

BACA JUGA: Golkar Ancam Coret Sultan dari Penjaringan Capres

''Mereka bilang 2008 tercapai swa sembada berasIni tidak benarKarena sejujurnya, tidak tercapai swa sembada justru sebaliknya Indonesia masih impor 28,8 juta kg per bulannya.''

Selain itu, kata dia, indeks kelangkaan pada tahun 2008 mencapai 42 persen."Hal tersebut terlihat dari maraknya fenomena antre pada tahun 2008,"  katanya.Menurut dia, meskipun pemerintahan saat ini mengklaim pengangguran terus mengalami penurunan, target yang telah ditetapkan tidak tercapaiPenurunan pengangguan bukan satu-satunya indikator indeks kesengsaraan, tetapi juga tingkat inflasi.

Sementara itu, anggota Dewan Pakar Megawati Institute, Sri Adiningsih mengatakan, prestasi pengelolaan ekonomi Indonesia tidak cukup hanya dengan predikat baik saja."Paling tidak harus lebih baik atau lebih efektif dibanding pemerintahan sebelumnya," kata Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.Dalam pandangan Dewan Pakar Megawati Institute saat Rakernas PDIP ini, kondisi perekonomian Indonesia belum mengalami peningkatan.

Mega Institut juga menyoroti soal penurunan harga BBMDalam iklannya, SBY menyebut untuk pertama kalinya dalam sejarah BBM diturunkan  sebanyak tiga kali''Tetapi harap dicatat, bahwa pemerintah ini adalah satu-satunya yang pernah menaikkan harga BBM sebesar 124 % setelah krisisSebuah kenaikan yang sama sekali tidak sebanding dengan penurunan yang dilakukan,'' Hendrawan menegaskan.

Soal BBM, Mega Institute membeberkan data lainMenurut pengamatan mereka, selain mengambil patokan harga dari Mid of Platts Singapore (MOPS), yaitu USD 45 per barel, harga pokok pengadaan premium dan solar sampai  di tingkat pompa bensin mestinya hanya Rp3450 per liter.  Selisihnya ada Rp1050 per liter lebih mahal''Artinya, kita membayar lebih mahal dari harga internasional yang sewajarnya,'' Hendrawan menandaskan(aj/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Cuekin Hamengkubuwono X


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler