jpnn.com, JAKARTA - Yenny Wahid sudah resmi mengajukan surat pengunduran diri sebagai komisaris independen PT Garuda Indonesia. Hal itu diungkapkan dia melalui akunnya di twitter @yennywahid, Jumat (13/8).
"Hari ini saya datang ke Kementerian BUMN untuk resmi menyerahkan surat pengunduran diri saya dari garuda, maskapai kebanggaan kita semua," kata Yenny Wahid dalam video keterangannya yang dikutip JPNN.com, Jumat (13/8).
BACA JUGA: Yenny Wahid Mundur dari Jabatan Komisaris Independen Garuda, Begini Alasannya
Melalui pesan singkat kepada JPNN.com, Yenny menjelaskan bahwa sektor aviasi menjadi salah satu yang paling terpukul oleh pandemi, termasuk Garuda Indonesia.
"Maskapai kebanggan kita, Garuda Indonesia pun mengalami hal yang sama. Pendapatan menurun drastis, sementara biaya-biaya masih tinggi," ucap pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu,
BACA JUGA: Bamsoet: Presiden Jokowi Sepakat Sidang Tahunan MPR Digelar Secara Sederhana
Dia menyebut langkahnya mengundurkan diri dari maskapai pelat merah itu, salah satunya untuk membantu mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan Garuda Indonesia.
"Semoga langkah kecil ini membawa manfaat bagi perusahaan, agar lebih bisa cost efficient, sehingga bisa lebih lincah mengudara," ucapnya.
BACA JUGA: Wanita Ini Nekat Ubah Hasil Tes PCR Positif Jadi Negatif, Begini Pengakuannya, Duh
Walakin, dia optimistis jajaran komisaris dan direksi Garuda Indonesia lainnya akan bisa melanjutkan upaya yang telah dirancang bersama untuk menyelamatkan maskapai itu.
"Walaupun tidak lagi bersama, saya akan selalu ada untuk Garuda apabila pikiran dan tenaga saya dibutuhkan," sebut Yenny.
Sementara itu, melalui video di channel Yenny Wahid Official di YouTube, dia menjelaskan upaya-upaya yang telah dirancang dan dilakukan demi menyelamatkan Garuda.
Dalam video itu pula, Yenny menyebut bahwa Garuda Indonesia terus berupaya bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19 bagaimanapun caranya. Terlebih, maskapai tersebut sejak awal memang masih sangat terbebani oleh utang.
"Sejak pandemi, utangnya menjadi lebih bertambah lagi. Setiap bulannya bahkan ada penambahan utang Rp 1 triliun, seiring dengan penundaan pembayaran dan minusnya pendapatan Garuda Indonesia setiap bulannya," beber Yenny.
Putri kedua dari mendiang Presiden Keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyebut berdasarkan catatan Garuda Indonesia, pada Mei 2021 saja, pendapat maskapai itu mengalami minus USD 60 juta atau sekitar Rp 860 miliar.
"Meskipun mencatatkan pendapatan 56 juta dolar, namun pada saat bersamaan Garuda Indonesia harus membayar biaya sewa pesawat sebesar USD 56 juta, biaya perawatan sebesar USD 20 juta, biaya Avtur USD 20 juta, dan gaji pegawai sebesar USD 20 juta," tuturnya.
Sebagai komisaris independen, Yenny sebelumnya bersama jajaran komisaris lainnya dan direksi terus berupaya agar Garuda Indonesia tetap terbang walaupun dalam kondisi seperti sekarang.
"Dan tetap memberikan pelayanan terbaiknya. Apalagi, Garuda Indonesia selama ini telah banyak menorehkan prestasi," ujar Yenny Wahid. (fat/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam