Yingluck Diuji Kembalikan Stabilitas Thailand

Sabtu, 06 Agustus 2011 – 03:18 WIB
BANGKOK - Sejarah baru tercatat di ThailandKemarin (5/8) parlemen negara gajah putih tersebut resmi menunjuk Yingluck Shinawatra sebagai perdana menteri perempuan pertama.

Yingluck, adik mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, memimpin partainya, Pheu Thai Party menang telak dalam pemilu nasional bulan lalu

BACA JUGA: DK PBB Resmi Kutuk Rezim Assad

Saat ini, partainya dan partner koalisnya menguasai mayoritas kursi di majelis rendah parlemen.

Setelah diangkat secara resmi oleh parlemen, Raja Bhumibol Adulyadej akan meresmikannya dengan seremoni khusus, yang rencananya akan dihelat beberapa hari ke depan
Dalam proses pemilihan di majelis rendah, 296 kursi dari 500 yang ada memilih Yingluck

BACA JUGA: Salmonela Jangkiti AS, Seorang Tewas

Sementara tiga orang menolak dan 197 anggota abstain.

Pemimpin 44 tahun tersebut akan menghadapi tantangan berat untuk mengembalikan stabilitas politik yang lima tahun terakhir selalu diwarnai konflik
Kakaknya, Thaksin Shinawatra, sosok populis yang didukung kelompok miskin kota dan warga pedesaan, dilengserkan melalui kudeta militer pada 2006.

Thaksin, yang kini tinggal di pengasingan di Dubai, diyakini akan menjadi perdana menteri Thailand secara de facto

BACA JUGA: Pria Bertopeng Pasang Bom Palsu di Leher Gadis

Sosoknya lah yang menginspirasi pemilih dalam pemilu nasional bulan lalu.

Tugas berat Yingluck adalah meyakinkan para kritikus bahwa dirinya mampu menjadi pemimpin kuat tanpa bayang-bayang sang kakakKemarin, Yingluck juga kembali membantah bahwa Thaksin memegang kontrol Puea Party dari jauh.

Sejak 2006, Thailand terus dilanda perpecahan politikPuncaknya, tahun lalu, saat ribuan massa pro Thaksin menduduki sebagian Kota Bangkok hingga berbulan-bulan dalam demonstrasi yang akhirnya dibubarkan paksa oleh militerPuluhan  orang tewas dalam insiden tersebut.

Yingluck, yang diketahui tidak mempunyai pengalaman politik sebelumnya, menyatakan bahwa isu utama dalam program kerjanya adalah rekonsiliasi nasional.

Meski partainya memenangkan dengan telak pemilu nasional Thailand, Yingluck menyatakan akan tetap membentuk pemerintah koalisi dengan empat partai politik lainnyaKoalisi tersebut bakal mengontrol 60 persen suara di parlemen.

Yingluck menyatakan sudah tak sabar lagi ingin mulai bekerja"Rakyat akan menilai apakah kinerja saya memuaskan dan memenuhi harapan mereka atau tidak," ujar wanita yang disebut Thaksin sebagai "kloningannya" itu, kepada wartawan usai pemilihan di parlemen kemarin (5/8)

Simpatisan dan anggota gerakan "Kaus Merah" loyalis Thaksin, berkumpul di pusat markas Puea Party di Bangkok kemarin soreMereka menunggu untuk merayakan dukungan resmi dari kerajaan.

"Kabar gembira bahwa Yingluck menjadi perdana menteri kamiSaya rasa dia mampu menyelesaikan permasalahan negeri iniJangan meremehkan perempuan," ujar Rattanaporn Bosakaranut, 76, menggambarkan kegembiraan dan rasa optimisnya.

Analis yakin ujian pertamanya yang dihadapi Yingluck adalah bertahan di posisinya di negara dimana pelengseran pemimpin negara menjadi hal lazim.

Thailand telah menghadapai 18 kali kudeta militer sejak bentuk pemerintahan berubah menjadi monarki konstitusional pada 1932Dan hanya satu perdana menteri yang berhasil menyelesaikan masa jabatannya secara pernuh, empat tahun, yakni Thaksin.

"Kita masih berada di tengah konflik besar di negara yang diisi oleh perbedaan pandangan tentang bagaimana pemerintahan seharunya berjalan dan apa yang seharusnya diperbuat oleh pemerintah," ujar analis politik Thailand Chris Baker.

Baker menyatakan, mayoritas kursi parlemen yang dikuasai Yingluck, melemahnya gerakan demonstrasi anti Thaksin oleh massa Kaus Kuning dan rendahnya kepercayaan publik kepada militer, akan mendukung ruang gerak wanita 44 tahun tersebut(cak/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hunian Bertingkat Ambruk, Puluhan Tertimbun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler