jpnn.com, PROBOLINGGO - Rumus Menpar Arief Yahya bahwa pariwisata adalah cara yang paling mudah dan cepat untuk mendongkrak PDB, devisa dan tenaga kerja terbukti.
Bukan hanya di nasional, tetapi juga di level kabupaten. Seperti di Probolinggo, Jawa Timur.
BACA JUGA: Ikuti Saran Menpar, Pemkab Malang Promosikan Branding Pariwisatanya
Ekonomi warga terdongkrak seiring makin bergairahnya wisata snorkeling di Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Probolinggo.
Wisata ini mulai menggeliat dalam setahun terakhir ini, sudah mulai menarik banyak wisatawan.
BACA JUGA: Ayo Nikmati Cokelat Asli Gunung Purba di Nglanggeran
Tak hanya perekonomian warga setempat yang terdongkrak.
Namun, pelaku UMKM dan jasa transportasi laut ikut merasakan gairah wisata snorkeling itu.
BACA JUGA: Solo Festival Gamelan 2017 Ikut Heboh di Dunia Maya
Rupanya setelah benar-benar wisata ini ditekuni para pemuda Gili Ketapang, hasilnya ekonomi masyarakat Gili Ketapang yang terlibat langsung maupun tidak langsung terdongkrak secara signifikan.
Selain snorkeling, UMKM setempat juga mulai menyediakan oleh-oleh khas masyarakat Gili Ketapang, Yakni kerupuk ikan Jenggelek.
Tidak hanya itu, warga juga mulai mencoba kuliner ikan bakar khas Gili Ketapang sehingga para wisatawan yang menginap malam hari bisa menikmati sajian ikan bakar.
Untuk berkunjunga ke Pulau Gili Ketapang, para wisatawan snorkeling dijemput di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo.
Wisatawan harus menempuh perjalanan laut dengan kapal taksi sekitar 30 menit.
Sampai di lokasi, pemandu snorkeling telah siap melakukan tugasnya.
Selain snorkeling, para pemandu akan mengajak wisatawan berkeliling Pulau Gili.
Termasuk ke Gua Kucing yang merupakan lokasi petilasan Syaikh Maulana Ishaq. Antusiasme pengunjung cukup baik.
Mereka banyak berasal dari luar daerah. Seperti, Surabaya, Sidoarjo, Malang, bahkan Jakarta.
“Pengunjung sangat tersentuh dengan keindahan alam bawah laut Pulau Gili. Bahkan, pengunjung bisa foto bersama ikan nemo dan ikan hias lainnya,” ujar Zaini Romli, salah seorang pemandu, yang juga pemuda Desa Pulau Gili.
Pulau Gili Ketapang memiliki luas 61 hektare. Menariknya kedalaman air di perairan seputar pulau memang cukup beralasan.
Arus air permukaan laut maupun di bawah, tidak terlalu kencang untuk diselami beberapa.
Para wisatawan bisa melihat pemandangan karang yang indah. Demikian pula puluhan ikan Nemo, ke luar masuk di antara karang.
Hanya dengan sekali tarikan nafas, para wisatawan sudah bisa menyelam pada kedalaman 2 – 3 meter.
Ada dua titik spot untuk penyelaman. Sisi barat dan sisi timur.
Namun, spot terbaik berada di sisi barat yang merupakan bagian Utara Pulau Gili Ketapang.
Spot Barat memiliki arus yang lebih tenang. Pemandangannya pun tidak kalah indah dengan spot timur. Bahkan, kondisi karang di spot barat jauh lebih baik.
Terbukti dengan vegetasi karang yang lebih beragam, serta aneka ikan hias banyak ditemui di spot barat.
Di sini, wisatawan tidak hanya menyelam dan menikmati keindahan alam bawah laut. Namun, mereka bisa melakukan foto underwater dengan dibantu pemandu wisata snorkeling.
Untuk melakukan penyelaman itu, para wisatawan akan dipandu delapan kelompok yang merupakan remaja dan pemuda Desa Gili Ketapang.
“Wisata bahari ini merupakan keinginan anak-anak muda desa kami yang selesai kuliah di luar daerah. Mereka punya tekat yang sama untuk mengangkat perekonomian. Terutama, melalui wisata snorkeling dan UKM (usaha kecil menengah),” kata Kepala Desa Gili Ketapang, Suparyonno.
Menurutnya, anak-anak muda itu awalnya studi banding di Pulau Seribu Jakarta.
Kemudian, mereka pulang dan mempraktikkannya di pulau daerah asalnya.
“Kami berharap dengan wisata bahari ini, terumbu karang bisa tumbuh dengan bagus. Ke depan kami bekerja sama dengan Desa Dringu (Kecamatan Dringu) dengan wisata sektoral, di Desa Dringu wisata mangrove, di sini terumbu karangnya,” ujar Suparyono.
Pelan tapi pasti wisata bahari ini makin terkenal. Wisatawan juga makin banyak yang berkunjung ke Pulau Gili.
Tentu saja mereka berasal dari berbagai daerah dengan budaya yang juga berbeda.
“Kami sangat mendukung, tapi jangan sampai meninggalkan norma dan etika yang berlaku di desa kami,” jelas Suparyono.
Suparyono mengatakan, dampak adanya wisata snorkeling ini terhadap perekonomian warganya sangat terasa.
Terutama, pada para pemilik kapal taksi dan pelaku UKM. Karenanya, kini pihaknya akan menata UKM di lokasi wisata ini.
Terpisah, salah satu pengelola wisata snorkeling di Desa Gili Ketapang, Zaini Romli mengatakan, sebelum wisata ini dibuka, banyak dari warga setempat yang menganggur.
Dengan adanya wisata snorkeling, kini mereka banyak yang ambil bagian. Bahkan, adanya kapal taksi juga makin laris.
“Biasanya kapal taksi itu 2 hari sampai 3 hari di Pelabuhan (Pelabuhan Tanjung Tem baga Kota Probolinggo) harus antre menunggu penumpang.
"Namun, dengan adanya snorkeling, jika Sabtu dan Minggu, hampir 100 unit kapal taksi itu penuh dengan penumpang. Kalau hari-hari biasa, separonya atau 50 unit kapal yang sering penuh dengan penumpang,” ujarnya.
Bahkan pada pergantian 2017 lalu, ada sekitar 270 wisatawan menginap di rumah warga, sebagian memasang tenda di tepi pantai.
Untuk bermalam, wisatawan bisa menginap di rumah warga. Memang belum secara khusus disebut homestay.
Namun, sudah layak untuk diinapi para tamu.
Fasilitas air bersih untuk mandi juga disediakan, khususnya bagi mereka yang selesai melakukan snorkeling.
Pengunjunga juga bisa beristirahat di pantai. Karena desa juga menyediakan beberapa pondok dari bambu untuk berisitirahat sementara.
Sebuah warung kecil yang dilengkapi musala, serta sejumlah kamar mandi untuk membilas tubuh setelah berenang.
Terpeliharanya terumbu karang, di perairan sekitar pulau Gili Ketapang, itu juga karena warga tidak mencari ikan dengan menggunakan bondet atau bom ikan.
Kesadaran itu sudah lama dipahami warga karena penggunaan bondet akan merusak terumbu karang. Untuk mencari ikan, warga pulau menggunakan jaring. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Horee... Warga Bekasi Menangkan Undian Mobil Semargres 2017
Redaktur & Reporter : Natalia