Yuli Purwanto, Pendekar Pencak Silat di Negeri Pusat Bela Diri, Jepang

Awalnya Coba-Coba, Sekarang Berat Balik Indonesia

Senin, 13 Oktober 2014 – 19:13 WIB
Yuli Purwanto saat ditemui di wisma KBRI Minggu pagi (28/9). Foto: Sugeng Sulaksono/Jawa Pos

Pencak silat sudah 18 tahun berkembang di Jepang. Sepanjang 18 tahun itu pula Yuli Purwanto selalu terlibat dalam aktivitas seni bela diri asli Indonesia tersebut di negeri gudangnya olahraga bertarung.
 
Sugeng Sulaksono, Jakarta
 
MINGGU pagi (28/9) itu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Jepang, terlihat lengang. Hanya ada satu petugas di pos sekuriti bagian depan yang kemudian membukakan gerbang otomatis sesaat setelah tombol bel ditekan.

Jawa Pos (induk JPNN.com) yang mendapatkan informasi dari tim PT Astra Honda Motor (AHM) tentang pendekar pencak silat di Jepang yang bertugas di KBRI kemudian menanyakannya kepada seorang pria asli Jepang yang bertugas di pos sekuriti itu.

BACA JUGA: Mengunjungi Museum Tani Jawa Jogjakarta di Imogiri, Bantul

Dicek satu per satu nama staf yang bekerja di KBRI tersebut, nama yang dimaksud tidak ada. Setelah berkali-kali ditegaskan nama Yuli Purwanto alias Ipung, dia berupaya mengingat-ingat sampai akhirnya memutuskan untuk menelepon ke bagian wisma KBRI yang lokasinya tidak jauh dari situ.

"Oh iya, dia akan datang pukul 09.30 di wisma," ucapnya setelah mendapatkan informasi dari ujung telepon sambil menunjukkan arah menuju wisma KBRI, tempat Ipung berdinas.

BACA JUGA: Hutan Batu Maros, Destinasi Wisata Alam yang Kurang Dapat Perhatian

Tidak lama kemudian, Ipung datang. Tubuhnya berpeluh. Rupanya dia berjalan kaki dari Stasiun Meguro menuju tempat dinasnya itu. Usianya memasuki 53 tahun, namun tubuhnya tampak prima dan energik.

"Waktu itu silat Indonesia di bawah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) lagi berupaya mendunia. Saya ingat, 28 November 1996 silat berdiri di Jepang," ujar Ipung mengawali kisahnya di ruang tamu wisma KBRI.

BACA JUGA: Kisah Proses Operasi Tumor Otak Meningioma Selama 25 Jam

Momen tersebut ditandai dengan pembentukan Japan Pencak Silat Association (Japsa) dan diresmikan duta besar Indonesia untuk Jepang saat itu. Ipung adalah seorang di antara tiga pelatih silat yang sedang menjalankan misi di Jepang.

Bedanya, Ipung satu-satunya yang tidak pernah pulang dan bertahan mengawal perjalanan silat Indonesia di negara itu sampai sekarang.

"Ya, pulang sesekali saat liburan saja. Tapi, umumnya tidak saat hari raya. Saya biasanya pulang kalau bertepatan ada even silat di Indonesia, terutama Merpati Putih," ucap pria asli Jogjakarta itu.

Ipung yang lahir 17 Juli 1961 tersebut mengenang, pengembangan pencak silat di Jepang terjadi secara alami. Semula olahraga itu diajarkan hanya untuk meramaikan event di KBRI atau di Balai Indonesia di Tokyo dengan cara membuat atraksi dan pertunjukan seni.

"Rencana awal itu seminggu atau maksimal dua minggu saja saya di Jepang untuk memberikan latihan singkat," ujar Ipung yang diundang khusus ke Jepang untuk memberikan pelatihan singkat pencak silat.

Di luar dugaan, animo masyarakat Jepang yang menyaksikan pergelaran pencak silat cukup tinggi. Setelah pertunjukan, banyak yang datang untuk bertanya dan menyatakan minat mempelajari pencak silat.

Regulator, dalam hal ini IPSI dan KBRI, kemudian memutuskan para pendekar silat di Jepang itu bertahan sampai enam bulan. Animonya tetap tinggi, lalu masa tinggal mereka diperpanjang lagi menjadi setahun.

"Animonya besar karena banyak warga di sini yang minta dilatih. Kebetulan IPSI juga punya rencana skala besar. Sebab, kalau Jepang tertarik, kan bisa ikut kejuaraan dunia juga dan itu baik untuk silat," ulasnya.

Akhirnya Ipung bersama dua pelatih lainnya, yaitu Susilo dari perguruan silat Perisai Diri dan Jaja dari Silat Panglipur, menggeber pembentukan atlet pencak silat asal Jepang agar bisa mengikuti kejuaraan dunia di Indonesia pada 1997.

"Istilahnya, kita karbit," katanya.

Latihan keras dan rutin dilakukan di Balai Indonesia. Namun, Ipung dkk hanya menargetkan atletnya mengikuti kelas seni, belum sampai kelas tarung.

"Kita tidak target juara. Tapi Alhamdulillah, penampilan dari Jepang ini sangat bagus meski tidak juara. Belum medali memang, tapi dari situ mulai jadi perhatian," kisahnya.

Even berikutnya di Belgia, atlet silat dari Jepang mulai meraih medali, menempati juara kedua kelompok seni. Begitu juga kejuaraan terakhir di Indonesia, tepatnya di Padalarang, Jawa Barat, pada November 2013. Kontestan dari Jepang meraih juara kedua.

"Poinnya hanya kalah tipis dari peserta asal Jakarta Selatan," sebut Ipung yang ikut mendampingi atletnya berlaga itu.

Setelah even pertama sampai dengan tahun lalu, secara konsisten perwakilan dari Jepang mengikuti kejuaraan dunia pencak silat. Ipung bangga karena pencak silat dari "negaranya" saat ini mulai disejajarkan dengan negara lain yang terlebih dahulu mempelajari silat.

Semangat Ipung mengembangkan silat di Jepang tidak terlepas dari kuatnya dukungan finansial saat itu, terutama dari Grup Bimantara. Terlebih, statusnya kala itu masih lajang sehingga kuat mengembara di negara rantau.

Walau kemudian, dukungan finansial tersebut tidak bertahan lama karena Indonesia terkena krisis moneter pada 1998. Ipung tidak patah semangat. Meski, dalam hati dia sempat khawatir karena kebutuhan biaya hidup di Jepang relatif tinggi. Untung, tidak lama kemudian dia ditawari KBRI untuk bekerja di bagian sekuriti.

Ipung yang saat itu belum sempat meraih gelar sarjana karena kuliahnya di Jurusan Seni Murni, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, terhenti di semester tujuh menerima sepenuh hati tawaran tersebut.

"Saya bersyukur karena orang lain perlu melamar untuk mendapatkan pekerjaan ini. Saya malah ditawari. Saya juga bersyukur, ini betul-betul saya syukuri karena saya bekerja di bagian ini, jam kerjanya sudah pasti. Sehingga, saya bisa atur jadwal untuk latihan silat. Bayangkan, kalau bekerja di staf itu waktunya bisa serabutan," ungkapnya.

Dengan keleluasaan waktu di luar jam kerja itu pula, Ipung bisa mengatur waktu untuk melakukan kunjungan ke berbagai dojo, terutama cabang bela diri asli Jepang di sekitar Tokyo.

"Istilahnya, kulonuwun lah. Saya mengajukan permohonan kunjungan, bahkan latihan bersama. Ada aikido, karate, dan lainnya. Mereka welcome sih," terusnya.

Ipung bersyukur karena sejauh ini merasa tidak pernah menerima gangguan dari pihak lain dalam upaya mengembangkan pencak silat di Jepang.

"Malah kadang di Indonesia sendiri yang terasa ada terornya terhadap perguruan bela diri. Di sini karena hukumnya kuat dan jelas, mereka tidak mau sembarangan," tuturnya.

Ipung juga bersyukur karena mulai mendapatkan beberapa calon penerus. Salah satunya orang Inggris yang sudah lama tinggal dan memiliki istri orang Jepang.

"Kemarin saya titipkan ke Jogja ujiannya supaya dia tahu yang sesungguhnya. Sekarang dia buka tempat latihan sendiri di Itabashi, agak jauh dari pusat Tokyo. Kita restui dia di sana supaya orang-orang di sekitar sana bisa latihan lebih dekat. Yang penting, masih tetap satu koordinasi sama kita," terangnya.

Jalan hidup Ipung benar-benar dimulai dari pencak silat. Sebab, selain menjadi "warga" Jepang dan mendapatkan karir di sana, melalui pencak silat Ipung bertemu jodoh. Seorang anggota di Japsa, Fumie Kiyomia, kini mendampingi hidupnya dan memberikan seorang anak perempuan bernama Kiyomia Purwanto Mahesa Ayu Ramadhana, 11, yang akrab disapa Mahesa Ayu.

Ipung mengakui, sang istri selalu mengajak menghabiskan masa tua di Indonesia. Fumie berencana membuka kedai teh. Kebetulan dia juga pintar memasak aneka jenis masakan internasional.

"Kalau soal teh itu, bahkan dia belajar langsung ke orang Tiongkok bagaimana meminum teh yang baik dan jenisnya seperti apa yang enak dan sehat," ulasnya.

Bagi Ipung, yang terpenting nanti, saat dirinya pulang ke Indonesia, adalah Japsa sudah benar-benar mandiri dan bisa ditinggal. "Saya maunya ada kader dari Jepang yang benar-benar bisa diandalkan," harapnya. (*/c10/kim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pantai Minajaya, Pasir Cokelat dengan Hamparan Rumput Laut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler