Zhang Xiao Jia, Guru Musiknya Pengusaha Papan Atas Surabaya

Awalnya Diwanti-wanti Agar Tak Ke Indonesia

Kamis, 26 November 2015 – 11:16 WIB
Zhang Xiao Jia saat tampil bersama Harjo Sutanto membawakan lagu The Prayer milik Josh Groban. FOTO: ist

jpnn.com - SERIOSA membawa Zhang Xiao Jia ’’terlempar’’ jauh dari negara kelahirannya, Korea Utara, ke Surabaya. Tapi siapa sangka, langkah tersebut membawa perubahan besar bagi hidupnya. Dia kini menjadi pelatih seriosa ternama di Indonesia. Muridnya tak tanggung-tanggung, kebanyakan adalah pengusaha kondang Jawa Timur. 

Lagu Indonesia Pusaka membawa suasana syahdu di ballroom hotel Shangri-La Surabaya Rabu (11/11) malam. Semangat patriotisme bercampur decak kagum mengisi relung hati sekitar 1000 undangan yang hadir.
    
Bagaimana tidak, lagu gubahan Ismail Marzuki itu dibawakan sangat apik secara seriosa oleh Zhang Xiao Jia bersama 10 orang anggota komunitas musik Voice of Spring.
    
Undangan maupun anggota yang hadir malam itu bukanlah sosok sembarangan. Mayoritas dari mereka adalah pengusaha dan owner dari produk-produk ternama di negeri ini. Kehadiran mereka malam itu tak lain untuk menyaksikan guru musik kesayangannya tampil dalam konser 15 Tahun Zhang Xiao Jia Mengabdi Untuk Indonesia. 
    
Beberapa pengusaha yang hadir dan ikut tampil di antaranya Harjo Sutanto (owner Wings Group), Riyanto Nurhadi (owner Indospring), Na Kim Wie (Owner bumbu masak Bamboe), serta Halim pemilik dari King Halim Group.
    
Sosok Zhang Xiao Jia memang luar biasa. Datang ke Indonesia pada awal milenium silam, tepatnya tahun 2000 karena diundang perform di salah satu acara, kecintaannya pada Indonesia, khususnya Surabaya terus tumbuh.

BACA JUGA: Pulau Ndana, Bagian Terluar Indonesia, Dulu Tentara Australia Sering Singgah, Kini Dijaga Marinir

Baru saja mendarat di Bandara Internasional Juanda dan menikmati panorama sepanjang jalan, Jia mengaku langsung jatuh cinta. Rasa itu semakin besar saat dirinya berkesempatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Baik anggota komunitas yang mengundangnya maupun masyarakat luas saat dirinya berkesempatan jalan-jalan keluar hotel. 

Padahal, awalnya Jia sempat diwanti-wanti oleh saudaranya agar tak pergi ke Indonesia. Sebab, saat itu belum lama peristiwa reformasi 1998 berlangsung. 

BACA JUGA: Cerita Guru dari Pedalaman Maluku, Ambil Gaji Harus Jalan Kaki 25 Km

”Saya merasa sudah menjadi WNI sejak lahir. Saya ingin tinggal dan menetap. Apa pun dan bagaimana pun caranya,’’ cerita perempuan kelahiran 6 Juli 1967.

Bak gayung bersambut, keinginan Jia ternyata direspon positif oleh salah seorang anggota komunitas yang menawarinya untuk menetap di Surabaya. 

BACA JUGA: Kisah 11 Guru yang Bikin Presiden Jokowi Berlinang-linang

’’Ketika itu hanya senang yang ada di kepala saya. Makanya, usai tampil, saya langsung kembali ke Tiongkok untuk membereskan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses perpindahan ke Surabaya,’’ kenang perempuan yang menghabiskan masa mudanya di Tiongkok itu..

Tak menunggu lama, setelah semua proses perizinan dan restu dari keluarga besarnya dikantongi, Jia mantap untuk pindah ke Kota Pahlawan. Disini, karirnya sebagai pelatih musik seriosa mulai dibangun. 

Awalnya, hanya dua orang murid yang dilatihnya. Lambat laun, jumlahnya bertambah banyak. Hingga kini sudah mencapai ratusan siswa. ’’Semua serasa berkah bagi saya. Karena berjalan sangat indah,’’ tutur perempuan yang pernah menelurkan album seriosa di Tiongkok.

Karirnya sebagai pelatih boleh dibilang cukup cemerlang. Bagaimana tidak, beberapa murid dan Jia total menerima enam rekor dunia dari MURI. Belum lagi prestasi perorangan yang didapat oleh murid-muridnya. Salah satunya yang diraih oleh Harjo Sutanto, owner Wings Group, kala menyabet rekor sebagai penyanyi seriosa tertua yang menggelar konser musik.

Hidup Jia semakin lengkap di Surabaya saat dirinya dipinang oleh Budijanto Teguh. Perkenalan mereka terbilang cukup menarik. Sebab, murid-murid Jia jengah melihat gurunya awet menjomblo. 

’’Bukan sekali ini saja kami berusaha menjodohkan Jia. Tapi, sebelum sama Budi, dia nggak ada yang cocok. Baru dengan Budi inilah dia merasa chemistry-nya ada,” kata Hariyanto, murid sekaligus orang yang sudah dianggap kakak oleh Jia.

Meski merasa sudah cocok, selama proses pacaran Jia minta ditemani terus oleh Hariyanto yang juga merupakan ketua komunitas Voice of Spring. Akhirnya, dia memutuskan untuk menerima lamaran yang diajukan oleh Budi. Kini, pasangan itu sudah karuniai seorang putra bernama Felix Wijaya Teguh yang belum genap berusia 6 tahun.

Sudah berkeluarga dan menjadi WNI, membuat Jia semakin melupakan kampung halamannya di Korea Utara. Pun, tempat domisilinya semasa muda di Tiongkok. Satu hal yang akan terus dia lakukan adalah memberdayakan musik seriosa agar menjadi salah satu genre musik yang diminati oleh masyarakat.

’’Tidak ada yang susah, asal mau belajar. Begitu juga musik seriosa. Apalagi talenta di kota ini sangat banyak. Suatu saat nanti saya yakin akan lahir Luciano Pavarotti dari Surabaya,’’ cetus perempuan yang sudah beberapa kali mengajak murid-muridnya tampil di berbagai belahan dunia itu.
    
Usai konser di Surabaya dan Jakarta, pada Mei nanti Jia akan menggelar pula konser tunggal di Wina, Austria, kota yang dijuluki Kota Musik lantaran menjadi kota berdomisilinya musisi ternama dunia macam Wolfgang Mozart dan Ludwig van Beethoven. (pda/mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alat Pendeteksi Kantuk Karya Siswi Purwokerto Diincar Perusahaan Tambang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler