jpnn.com, JAKARTA - Ziarah kubur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ke Pemakaman Astana Oetara, Kota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng), pada pekan lalu (18/6), menuai banyak respons positif masyarakat.
Astana Oetara merupakan kompleks pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta keluarga, kerabat, dan abdi dalam. Seperti diketahui, Airlangga masih keturunan dari trah Mangkunegara VI.
BACA JUGA: Kunjungi Pemilik Martabak Move On, Menko Airlangga Bilang Begini
Koordinator Nasional Sahabat Airlangga, Deden Nasihin, menilai ziarah tersebut sebagai bukti kepedulian Airlangga untuk terus menjaga tradisi dan menyelami keteladanan keluarga.
“Ziarah itu merupakan gabungan dari budaya Islam dan Jawa juga sebagai salah satu implementasi dari ajaran wali songo. Ini dalam rangka menghargai, menghormati, dan mengenang jasa dan kesalehan yang diziarahi untuk kemudian diteladani keshalehannya," kata Deden saat dihubungi media, Rabu (22/6).
BACA JUGA: Menko Airlangga Bagikan 50 Ribu Butir Telur, Masker dan Kendaraan Sampah untuk Warga Jatinom
Menurut Deden, ziarah kubur ke makam keluarga juga membuktikan Ketua Umum Partai Golkar itu tak sekadar fokus pada urusan dunia.
“Ziarah kubur itu mengingatkan kita akan kematian. Artinya, Pak Airlangga itu selalu menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat,” tutur Denas, Deden Nasihin karib disapa.
BACA JUGA: Airlangga Bagi-bagi Telur Ayam, Ada Apa?
Apalagi, makam-makam yang diziarahi Airlangga juga termasuk orang-orang saleh dan waliullah. "Yang sudah sepatutnya kita sebagai penerus bangsa ini untuk melanjutkan kiprah para pendiri bangsa, para ulama dalam menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat," jelasnya.
Di sisi lain, masih adanya trah Mangkunegara menjadikan Airlangga yang lahir di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), memiliki garis keturunan yang mampu mengubah kondisi terpuruk menjadi gemilang. Seperti diketahui, Mangkunegara VI merupakan raja yang berhasil menorehkan prestasi bagi Praja Mangkunegaran.
Musababnya, Mangkunegara VI berhasil melaksanakan reformasi praja dari situasi bangkrut, imbas tenggelam dalam utang kepada kerajaan Belanda, menjadi terlunasinya utang kerajaan bahkan mencapai surplus.
Yang tak kalah hebat, Mangkunegara VI juga berhasil membangun kembali kekuatan Legiun Mangkunegaran. “Jadi tak heran jika Pak Airlangga berhasil membawa perekonomian nasional dari semula minus menjadi plus. Ini sesuatu yang layak disyukuri,” imbau Deden.
Dalam banyak catatan sejarah, keberhasilan Mangkunegara VI memulihkan perekonomian tak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen Jawa yang diajarkan ayahnya Mangkunegara IV, yakni keteraturan dalam hidup, keteraturan berusaha, dan keteraturan dalam bekerja. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil