1 Dari 5 Wanita Tak Percaya Beresiko Kanker Payudara
jpnn.com - MENGETAHUI adanya risiko untuk terkena suatu penyakit seharusnya membuat seseorang lebih waspada. Namun hasil studi terbaru justru menemukan bahwa 1 dari 5 wanita tak percaya bahwa dirinya memiliki risiko kanker payudara. Ini tentu akan semakin meningkatkan risikonya.
Studi yang dilakukan oleh University of Michigan Comprehensive Cancer Center ini mengungkapkan bahwa, hampir 20 persen wanita meremehkan risiko kanker payudara ini. Kondisi ini diduga muncul karena adanya kesalahpahaman faktor genetik dan gaya hidup.
Hasil temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Patient Education and Counseling ini merupakan bagian dari penelitian dalam lingkup besar, untuk menemukan bagaimana caranya untuk meningkatkan pemahaman pasien mengenai informasi risiko. Para peneliti melakukan survei pada sekitar 700 wanita yang dianggap berisiko terkena kanker payudara.
Mereka diminta untuk menyelesaikan survei berbasis web yang mencakup pertanyaan tentang usia, etnis, riwayat kanker payudara dalam keluarga, dan jumlah kerabat tingkat pertama dengan penyakit tersebut. Dari hasil jawaban mereka dalam survei tersebut, mereka kemudian diberitahu risiko mereka untuk terkena kanker payudara selama 5 tahun ke depan dan informasi mengenai strategi pencegahannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 persen wanita mengatakan mereka tidak setuju dengan angka-angka risiko yang diberikan oleh para peneliti. Sebagian besar berpendapat bahwa riwayat kanker payudara yang ada di dalam keluarga, maupun gaya hidup mereka tidak lantas memberikan risiko dengan angka yang cukup besar. Sepertiga dari mereka juga mengandalkan insting untuk meyakini bahwa angka risiko yang diberikan pada mereka tampak terlalu tinggi.
"Jika orang tidak percaya adanya risiko pada tubuh mereka, maka bisa dipastikan mereka juga tidak akan melakukan tindakan pencegahan maupun keputusan medis yang tepat," kata profesor kedokteran di University of Michigan Medical School, Angela Fagerlin, seperti dilansir laman Scienceworld, Minggu (1/9).
Menurut Fagerlin, wanita yang terlalu percaya bahwa risiko mereka tidak tinggi bisa jadi melewatkan beberapa tindakan pencegahan seperti kemoprevensi. Sebaliknya, mereka yang menyadari telah memiliki risiko tentu bisa menjalani pengobatan yang lebih baik, bahkan untuk jangka panjang.
"Kami telah menempatkan begitu banyak informasi pada masyarakat tentang kanker payudara agar mereka merasa memiliki risiko," kata pemimpin peneliti, Laura D. Scherer.