10 Seniman dan 40 Perajin Resam Kolaborasi Karya Instalasi Gigantik
"Justru lebih dan kurangnya karya ini menjadi nilai tersendiri, yaitu kolaborasi tadi sehingga ada dialektika yang ditawarkan oleh Harmoni(S). Resam dan Ancaman Lingkungan," tambahnya.
Sementara itu, pemanfaatan gulma resam (latinnya dicranopteris linearis) yang merupakan pakis hutan sebagai bahan baku utama pembuatan karya ini membawa pesan khusus yang hendak disampaikan ke masyarakat.
Menurutnya, pemuliaan resam yang menjadi inti dari karya gigantik itu membawa pesan pengingat, bahwa kondisi lingkungan Indonesia sedang terancam.
Dua lokasi yang menjadi fokus karya Harmoni(S), yakni Desa Sukamaju sebagai penyuplai bahan baku resam dan perajin yang berkolaborasi, juga kawasan penopang cagar budaya Candi Muaro Jambi sebagai lokasi penempatan karya, sudah lama menghadapi ancaman lingkungan.
Di Desa Suka Maju misalnya, masifnya perkebunan sawit membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Sementara tidak jauh dari kawasan penopang cagar budaya
Candi Muaro Jambi, ancaman tambang batubara sudah lama meresahkan masyarakat, di samping kepungan sawit tentunya.
“Ya, inti nya itu, warning atas dampak perluasan infrastruktur. Ini (karya Harmoni(s)) juga bisa menjadi mitigasi dampak negatif infrastruktur pada ekosistem setempat,” kata Hendra yang juga dari komunitas yang sama.
Namun di balik ancaman tersebut, kehadiran resam juga menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat, khususnya masyarakat Desa Suka Maju.