10 Serangan Siber, dari Skimming ATM, Spionase hingga Transaksi Data Fintech
Akhir Mei 2019, tanah air ramai atas pembatasan media sosial oleh Kemenkominfo. Karena bertepatan dengan pengumuman hasil pilpres, ada kekhawatiran tersebarnya hoaks. "Namun akibatnya masyarakat jadi paham penggunaan VPN untuk melakukan akses medsos yang diblokir Kominfo," katanya.
Penggunaan data nasabah fintech di tanah air sempat ramai sepanjang Agustus 2019, karena adanya praktik penggunaan data oleh fintech “abal-abal” yang mengambil data milik fintech berizin.
Dugaan kebocoran data 35 juta pelanggan Malindo Air mengundang perhatian dunia pada September 2019. "Akar masalahnya karena kesalahan teknis dalam penggunaan Amazon Web Service (AWS) Cloud," jelasnya.
November 2019, publik tanah air digemparkan pembobolan Rp 32 miliar Bank DKI oleh beberapa oknum Satpol PP Jakarta. Modusnya pelaku menyadari saat mengambil ATM bersama uangnya tidak berkurang, dan akhirnya terus menerus diambil.
Akhir November 2019, publik tanah air sekali lagi dikejutkan penggrebekan aparat kepolisian terhadap sejumlah WNA asal Tiongkok yang melakukan kejahatan siber dalam skala internasional.
Mereka melakukan blackmail atau pengancaman disertai pemerasan terhadap beberapa orang di negaranya. "Mereka melakukan di Indonesia karena mudah mendapatkan nomor seluler prabayar," ujar Pratama.
Ia menambahkan BRTI mengusulkan hal kontroversial pada Desember 2019, yaitu pendaftaran kartu seluler dengan wajah, atau lebih dikenal dengan face recognation. "Ide ini sudah diaplikasikan di China," tegasnya.
Menurut Pratama, peristiwa siber tersebut lebih banyak merugikan masyarakat di tanah air dan negara lainnya. Ia menyampaikan pentingnya mengejar RUU Perlindungan Data Pribadi dan juga RUU Kemanan dan Ketahanan Siber.