17 Tahun Berjuang, Korban Kerusuhan SARA Akhirnya Dapat Kompensasi Rp 1 Miliar
Bano dan keluarganya adalah muslim yang tinggal di tengah-tengah komunitas Hindu. Mereka meninggalkan rumah di Desa Randhikpur, Gujarat, saat situasi memanas. Umat Hindu mencari rumah-rumah dan properti warga muslim di tiap-tiap desa dan membakarnya.
Suatu hari, Bano dan keluarga bertemu dengan segerombolan massa Hindu yang berang. Keluarga Bano diserang. Hampir semua dibunuh. Termasuk putri Bano yang masih berusia 3 tahun dan bayi Shamim, sepupunya, yang berusia 2 hari.
Bano yang tengah hamil tua diperkosa ramai-ramai. Dia selamat karena pura-pura mati sebelum akhirnya pingsan. Kerusuhan di Gujarat itu mengakibatkan setidaknya 2 ribu orang kehilangan nyawa. Mayoritas adalah muslim.
"Mereka bahkan tak mengizinkan kami membersihkan jenazahnya dan menguburkannya," katanya.
Begitu situasi mulai tenang, Bano melapor kepada polisi. Sayang, laporannya tak digubris. Dia dan suaminya akhirnya melapor ke Komisi HAM. Lembaga tersebutlah yang membuat petisi ke MA agar kasus Bano dimejahijaukan.
Pada 2017, 11 tersangka pemerkosa Bano akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum penjara seumur hidup. Sebagian besar para pelaku itu adalah tetangga Bano sejak kecil.
Dibutuhkan perjuangan keras bagi Bano untuk mencari keadilan. Dia berkali-kali mendapat ancaman pembunuhan. Meski begitu, tak pernah terlintas dalam kepalanya untuk menyerah.
Rencananya, Bano membuat simpanan khusus yang ditujukan kepada para korban pemerkosaan di India. Diharapkan, uang itu bisa membantu para korban untuk memulai proses hukum. "Mereka (korban pemerkosaan) harus berjuang seperti yang saya lakukan. Mereka harus punya keberanian. Jika tidak ada, saya yang akan memberi," tegasnya. (sha/c19/dos)