2 Hal Ini Bisa Ubrak-abrik Peta Politik Jelang Pilpres 2019
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, koalisi Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS, dan PAN harus jeli menetapkan nama capres dan cawapres sehingga bisa punya kekuatan melawan Jokowi di Pilpres 2019.
Menurut Pangi, kapasitas, popularitas, akseptabilitas terhadap kandidat menjadi maha penting. Selain itu, sense of politics, membaca trend apa yang sedang disukai masyarakat dan yang betul-betul diinginkan serta menjadi kebutuhan rakyat juga sangat penting.
"Kemampuan membaca sentimen publik dengan menerjemahkannya ke dalam keputusan politik strategis yang populis, berimplikasi nyata terhadap dukungan yang luas dari masyarakat," kata Pangi, Jumat (3/8).
Pangi mengatakan bahwa dalam mempertimbangkan posisi capres-cawapres tidak bisa dilakukan melaui pertimbangan dan kebijakan yang bersifat elitis, pragmatis dan transaksional, serta terkesan hanya memaksakan kehendak elite dan ego sektoral masing-masing partai koalisi.
Menurut Pangi, kehendak dan logika publik sebagai pemilih dan pemegang kedaulatan harus menjadi pertimbangan (determinan) utama jika ingin mendapat simpati dan dukungan ril suara akar rumput.
Selain capres, kata dia, posisi cawapres pun menjadi sangat krusial dalam menentukan peta politik saat ini. Bahkan, posisi cawapres justru lebih banyak diperbincangkan dan menjadi poin penentu kemenangan.
Karena itu, cawapres harus memiliki kapasitas personal yang mumpuni, penerimaan publik yang luas, dukungan partai (elite), serta track record yang positif, susah dicari celah kesalahan dan dosa masa lalunya sehingga sulit bagi lawan politik melakukan downgrade. "Dan tentu saja popularitas dan elektabilitas yang memadai," katanya.
Pangi menilai sejauh ini poros koalisi di Pilpres 2019 masih seperti lima tahun lalu yaitu Jokowi dan Prabowo.