2 Hal Ini Bisa Ubrak-abrik Peta Politik Jelang Pilpres 2019
Namun, ungkap Pangi, sesuatu hal yang luar biasa terjadi karena dalam politik adalah seni beragam ketidakmungkinan. "Yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin, yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin," katanya.
Menurut dia, kemungkinan adanya poros lain di luar Prabowo dan Jokowi masih terbuka . Pertama, jika diloloskannya uji materi ambang batas pencalonan presiden menjadi nol persen. Kedua, diloloskannya judicial review terkait masa jabatan presiden dan wakil presiden.
Menurut dia, situasi ini tentu akan sangat menguntungkan kubu Jokowi. Kesempatan Jokowi memenangkan kompetisi semakin besar. Karena itu, dibutuhkan lawan tanding yang sepadan dari poros Gerindra. "Jadi nama-nama yang selama ini muncul sebagai cawapres bisa saja berubah total," ujarnya.
Jika situasi ini terjadi maka dapat dipastikan peta politik akan berubah drastis. Semua partai punya kesempatan yang sama untuk mengajukan pasangan capres-cawapres sendiri. Bisa juga terjadi rekomposisi koalisi. "Bahkan terbentuk koalisi yang sama sekali baru," jelasnya.
Ketiga, sambung Pangi, kebuntuan koalisi di kedua poros. Resistensi dan tingkat penerimaan yang rendah atas keputusan Jokowi atau Prabowo terhadap pilihan cawapres akan membuat perpecahan di dua poros ini.
Menurut Pangi, situasi ini membuka peluang dan poros ketiga bisa hidup dan tumbuh kembali. "Bisa saja tiga poros atau tetap dua poros, namun dengan komposisi yang berbeda. Sepertinya beberapa partai sedang mempersiapkan diri untuk memilih opsi ini," katanya. (boy/jpnn)