Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

2 Santri YPI Al Zaytun Disandera Gara-Gara Ortu Tak Lunasi Uang Sekolah

Minggu, 28 Mei 2017 – 13:39 WIB
2 Santri YPI Al Zaytun Disandera Gara-Gara Ortu Tak Lunasi Uang Sekolah - JPNN.COM
Sekjen FSGI Retno Listyarti. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan karyawan YPI Al Zaytun berinisal PB yang kena PHK sepihak pada akhir Desember 2016, kembali mendapat perlakuan sewenang-wenang dari pihak yayasan. Dua anaknya IF (kelas XII di MA) dan PR (kelas IX di MTs) disandera yayasan lantaran sang ayah belum mampu membayar tagihan sekolah anak-anaknya sebesar total Rp 43 juta.

Padahal saat ini‎ PB bersama FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) sedang memperjuangkan haknya ke berbagai instasi pemerintah, misalnya terkait PB mulai kerja di Mahad Al Zaytun, Indramayu sejak 2006 dan di-PHK sepihak pada Desember 2016 tanpa Surat Peringatan (SP), tanpa dialog dan tidak diberi kesempatan membela diri, tanpa pesangon. Bahkan gaji Desember pun tidak dibayarkan YPI Al Zaytun, kendati mereka masih bekerja selama bulan itu.

"Bukan hanya PB yang mendapatkan perlakuan sewenang-wenang tersebut, tetapi ada 116 guru yang mengalami PHK sepihak tersebut dalam waktu bersamaan," kata Sekjen FSGI Retno Listyarti dalam pernyataan resminya, Minggu (28/5).

Dia menyebutkan ada puluhan guru dan karyawan korban PHK sepihak yang memiliki putra putri bersekolah di YPI Al Zaytun, salah satunya PB. Dia memiliki tiga anak yang bersekolah di Al Zaytun, yaitu IF (18 tahun), PR (15 tahun) dan RS (13 tahun). Sejak di-PHK sepihak oleh Mahad Al Zaytun, PB tidak lagi menerima gaji dan tidak juga diberi pesangon meski sudah mengabdi hampir sebelas tahun.

Hal inilah yang menyebab PB tidak memiliki kemampuan ekonomi membayar biaya sekolah putra putrinya karena selama ini dipotong dari gajinya sebagai guru.

"Sejak mengalami PHK sepihak dan melakukan perjuangan melawan pemecatan yang sewenang-wenang bersama 116 teman guru yang senasib, ternyata pihak YPI Al Zaytun kerap melakukan diskriminasi anak-anak dari para guru dan karyawan tersebut. Mereka mengalami kesulitan menjenguk anak-anaknya," tutur Reto.

Jika santri lain boleh dijenguk di ruang tamu asrama, maka anak-anak mereka hanya boleh dijenguk di gerbang kedatangan. Itu pun harus melalui proses menunggu selama dua jam dan hanya boleh ditemui selama 15 menit serta dikawal khusus. Selama 15 menit ada petugas keamanan yang berdiri di dekat santri dan orang tuanya.

"Laporan PB kepada FSGI, santri-santri lain tidak mendapatkan perlakuan seperti itu. Hanya anak PB dan guru serta karyawan yang di-PHK yang digituin," terang Retno.

Mulai Mei 2017, seharusnya santri IF dan PR sudah libur dan bisa berkumpul dengan keluarganya, istilahnya belajar di masyarakat. Namun, ketika santri lain mendapatkan haknya berkumpul dengan keluarga, kedua anak PB 'disandera', hanya boleh meninggalkan Mahad Al Zaytun jika orang tuanya sudah membayar lunas tagihan sekolah yang totalnya mencapai Rp 43 juta. PB tidak mampu membayar karena kehilangan pekerjaan akibat PHK sepihak oleh Al Zaytun sendiri.

Mantan karyawan YPI Al Zaytun berinisal PB yang kena PHK sepihak pada akhir Desember 2016, kembali mendapat perlakuan sewenang-wenang dari pihak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News