20 Tahun Kerjasama Santo Yoseph Indonesia dengan Emmaus College Australia
Anna Dodgshun, guru Bahasa Indonesia di Emmaus College memperkenalkan nasi goreng. Foto: Santo Yoseph.
Sejumlah siswa Santo Yoseph mengaku telah mendapatkan pengalaman terlupakan dari partisipasinya mengikuti program sister school.
“Sambutan yang ramah dari guru dan siswa Emmaus susah dilupakan. Perhatian orangtua asuh selama sebulan saya tinggal bersama mereka, terasa amat sangat," ujar Kathy Wei, siswa kelas XII Santo Yoseph, yang menjadi peserta pertukaran siswa pada tahun ini.
“Bagi Emmaus, semoga Bahasa Indonesia menjadi lebih popular. Bagi Sekolah Santo Yoseph, semoga bisa ikut andil dalam upaya menjalin hubungan yang lebih baik antara kedua bangsa dan negara,” kata Novelia Wijayanti, yang kini menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Santo Yoseph.
Manfaat juga dirasakan oleh alumni sekolah Santo Yoseph yang pernah mengikuti program.
“Banyak menimba pengalaman tak terlupakan, terutama mengenal lebih dekat bumi, budaya, kebiasaan, makanan di Australia. Bisa mengenalkan Indonesia saat tinggal bersama orangtua angkat selama sebulan disana," ujar Maria Deyma Dea Tara, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, yang pernah menjadi siswa tamu di Emmaus College tahun 2010 dan 2014. "[Ini adalah] bagian dari upaya saling mempererat tali persahabatan kedua negara. Bagi siswa Santo Yoseph bisa mengasah soft skill untuk cepat memahami, berkomunikasi dan beradaptasi dengan orang dengan budaya lain.”