Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

3 Alasan Mengapa MotoGP 2017 Digeber di Sentul

Sabtu, 23 Mei 2015 – 16:03 WIB
3 Alasan Mengapa MotoGP 2017 Digeber di Sentul - JPNN.COM
Menpar Arief Yahya saat menerima CEO Dorna SL, Carmelo Ezpelata di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, 20 Mei 2015 lalu.

“Dari kalkulasi ekonomi saja, sudah jelas sontekannya. Saya bisa mengkuantifikasi nilai even ini lebih dari 300 juta USD, atau Rp 3,9 Triliun lebih. Manfaat ekonomi langsung atau direct economic and tourism-nya, bisa lebih dari 100 juta USD, atau sekitar Rp 1,3 Triliun. Ditambah dengan media velue, yang berdasarkan catatan MotoGP 2014, sekitar 200 Juta USD, atau Rp 2,6 Triliun. Jadi total nilai dari even itu jauh di atas Rp 3,9 T,” jelas Arief Yahya.

Sementara, budget menggelar MotoGP itu diperkirakan 10 juga USD, atau sekitar Rp 130M. Bagaimana menghitung returnnya? Jumlah pembalapnya 92 orang, minimal bermalam 4 hari, masing-masing spenditure nya 10.000 USD per hari. Lalu crew 5.300 orang, yang harus menyiapkan segala sesuatunya, biasanya mereka stay 8 hari dari pre event sampai post event. 

Kru itu rata-rata menghabiskan dana 5.000 USD per orang, promoter 200 personel, media 462 kru, dari jurnalis, fotografer, reporter dan kameramen.

Jumlah penonton pembeli tiket, diperkirakan berada di kisaran 50.000 sampai 100.000 orang. Menggunakan asumsi yang paling rendah saja, 50 ribu selama 3 hari dan rata-rata spenditure 1.200 USD per hari, sama dengan rata-rata turis di Indonesia.  “Di atas kertas, MotoGP itu akan memutar bisnis sektor pariwisata, dari hotel, retoran, transportasi, dan lainnya akan terimbas. Berapa wisman yang bakal masuk di arena sirkuit selama minimal 3 hari itu” hitung Arief Yahya.

Karena itulah, Menpar Arief berkali-kali menyebut momen ini sebagai bisnis besar, industri besar dan banyak dana yang dibawa oleh wisatawan sport yang dibelanjakan di tanah air. MotoGP itu ibarat magnit, punya daya pikat yang luar biasa. 

“Sirkuit Sepang yang sudah menjadi kebanggaan rakyat Malaysia itu juga diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata Malaysia tahun 1998. Setahun sesudahnya sudah dipakai untuk menggelar MotoGP dan F-1. Pertimbangannya adalah menarik turisme. Salah satu pendulang dolar Malaysia itu adalah sport-tourism ini,” jelas menteri yang berlatar belakang professional itu.

Harus diakui, Indonesia agak terlambat membangun infrastruktur balapan yang berstandar internasional. Belum ada sirkuit untuk olahraga otomotif seperti MotoGP dan F-1, meskipun fans nya tergolong besar. Malaysia sudah 17 tahun yang silam mendulang dolar dari sini. 

“Tetapi ada pepatah: Better late than never! Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kita punya banyak peluang untuk menyalip di tikungan,” sebut Menpar yang oleh Lembaga Survei Alvara dikategorikan sebagai Menteri Bintang Lima itu. 

Hiruk pikuk soal Indonesia bakal menjadi tuan rumah balapan paling bergengsi di dunia, MotoGP 2017, tak bisa dihindari.  Pecandu ngebut dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close