3 Rekomendasi JAPNAS Kepada Pemerintah Kembangkan Industri Kreatif
Permasalahan yang ketiga adalah tidak sinergisnya dunia pendidikan dengan kebutuhan pasar. Dunia pendidikan di Indonesia, sebenarnya telah mampu menghasilkan produk-produk yang luar biasa. Baik itu di bidang energi alternatif, sumber makanan alternatif, fashion, hingga ke teknologi terapan.
Namun sayang hal tersebut belum bisa diterjemahkan ke pasar, karena tidak adanya linkage antara dunia pendidikan dengan pengusaha.
“Jika kita bongkar gudang di universitas terkemuka di Indonesia, kita mungkin akan menemukan produk-produk baru yang variatif. Kita punya universitas yang bisa bikin drone, kita juga punya universitas yang bisa bikin bahan bakar dari singkong. Namun sayang, hasil penelitian para mahasiswa ini hanya menjadi tumpukan kertas di gudang,” lanjutnya.
Permasalahan ini pun menjadi isu yang dibahas melalui Creative Republic JAPNAS. Mereka menyuarakan agar pemerintah memberikan perhatian lebih bagi perkembangan industri kreatif di Indonesia.
“Jika industri kreatif digadang-gadang menjadi tulang punggung perekonomian nasional, jangan pernah memandang industri ini sebelah mata. Harus ada affirmative action yang riil,” katanya.
Seperti diketahui, Creative Republic merupakan acara yang digelar oleh berbagai pihak yang concern dalam pengembangan industri kreatif di indonesia. Acara ini dilaksanakan dari tanggal 4-6 Desember 2015 di Avenue Of The Stars, Lippo Mall Kemang. Creative Republic diramaikan dengan expo dari 100 pelaku industri kreatif, festival Jazz, dan juga talk show seputar industri kreatif. (awa/jpg)