36,22 Persen SD Belum Punya Perpustakaan
Di sekolah ini, sejak kelas tiga para siswa juga sudah dibiasakan membuat buku cerita sendiri. Ide, gambar, dan isi ceritanya semua dari siswa. Guru membimbing mereka dalam proses pembuatannya.
Setelah selesai dibuat, buku tersebut dijilid sendiri. Bukunya disimpan di pojok baca kelas dan juga di perpustakaan sekolah. “Ternyata buku buatan siswa juga menarik minat siswa lain untuk membacanya,” ucap Kartika.
Perjuangan Kartika bersama warga sekolah, berhasil menghadirkan fungsi dan peran perpustakaan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak. Dari jurnal membaca yang ditulis oleh siswa, tampak dalam seminggu siswa membaca setidaknya 2-3 buku bacaan. Hal ini menunjukkan minat membaca siswa sudah berkembang dengan baik.
Bahkan kegiatan literasi ini juga dikembangkan dalam pembelajaran. Misalnya, dalam membuat laporan percobaan IPA, siswa menulis laporannya dalam bentuk buku tutorial. Buku tersebut berisi tulisan siswa menceritakan alat dan bahan, cara kerja, sampai kesimpulannya setelah melakukan percobaan.
Kini telah banyak buku tutorial yang dibuat siswa. Seperti buku tutorial tentang kincir angin, praktik membuat rangkaian listrik lampu lalu lintas, cara kerja parasut, simetri lipat, dan masih banyak lagi,” terang Kartika.
Dia juga menyebut keteladanan menjadi faktor penting keberhasilan dalam menumbuhkan minat membaca. “Saat meminta anak membaca, maka guru, kepala sekolah, dan orang tua juga harus membaca,” tandasnya. (esy/jpnn)