4 Alasan Fifty Shades Freed Tak Mempan Dibully Kritikus
jpnn.com - Fifty Shades Freed berhasil membukuan pendapatan Rp 1,34 triliun. Padahal, drama erotis itu diolok-olok habis oleh media hiburan Amerika Serikat.
Hal itu tentu menimbulkan tanda tanya. Bagaimana mungkin film yang dihajar habis oleh kritikus (dan dicibir banyak kelompok moviegoers) masih juga disukai? Mungkin karena faktor-faktor berikut ini... (fam/c25/na)
1. Soundtrack Keren
Terlepas dari suka ceritanya atau tidak, film-film Fifty Shades punya soundtrack yang keren. Di film pertama, mereka sukses lewat Love Me Like You Do milik Ellie Goulding. Lagu itu bahkan masuk nominasi Golden Globes 2015. Di Fifty Shades Darker, ada I Don’t Wanna Live Forever yang menampilkan Taylor Swift dan solois pecahan One Direction Zayn Malik. Di film ketiga, mereka berhasil ”mengumpulkan” Rita Ora, Liam Payne, Sia, Ellie Goulding, hingga Dua Lipa untuk mengisi soundtrack. Album tersebut meraih posisi pertama di chart album di total 67 negara.
2. Target Jelas
Dengan adegan intim hampir sepanjang film, franchise Fifty Shades punya penonton terbatas. Yakni, penonton dewasa. Yang tidak boleh dilupakan, mereka lebih dahulu punya fans para perempuan dewasa yang jadi penggemar novelnya. Universal juga jeli membidik tanggal rilis. Ketiga filmnya tidak pernah jauh-jauh dari Valentine, pekan yang identik dengan suasana romantis.