50 Ribu Anak Terancam Mati Sia-Sia di Yaman Akhir Tahun Ini
jpnn.com, SANAA - Yaman porak-poranda akibat perang saudara yang kini sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Warganya menderita. Tapi, tidak banyak tangan yang terulur ke sana.
Sampai-sampai, Save the Children menyebut perebutan kekuasaan di Yaman sebagai konflik yang terlupakan.
’’Penderitaan rakyat Yaman akibat tragedi yang diciptakan manusia itu tidak sebanding dengan perhatian yang dicurahkan dunia kepada mereka,’’ kata Caroline Anning, penasihat senior Save the Children, sebagaimana dilansir Naharnet Newsdesk, Rabut (20/12).
Perempuan Inggris yang pernah menjadi reporter BBC itu berkesempatan melawat ke Yaman belum lama ini. Dan, dia prihatin menyaksikan penderitaan anak-anak.
Foto-foto yang beredar luas di dunia maya tentang anak-anak Yaman yang kelaparan dan kurang gizi, menurut Anning, memang benar. Bahkan, lebih dari itu, ribuan anak lainnya bisa meninggal setiap saat karena kolera.
’’Jika kita tetap berpangku tangan, akan ada 50.000 anak yang kehilangan nyawa pada akhir tahun ini. Mereka akan mati sia-sia,’’ ungkap Anning.
Kondisi yang memperparah penderitaan warga sipil Yaman, terutama anak-anak, adalah blokade Saudi. Save the Children menyebut penutupan akses pelabuhan dan bandara membuat bantuan kemanusiaan ke Yaman terhenti.
Padahal, warga sipil sangat membutuhkan pasokan makanan dan obat-obatan dari luar. Khususnya obat kolera. Sebab, saat ini jumlah warga yang mengidap kolera hampir 1 juta orang.