60 Tahun Tiongkok
Kabut dan Kembang apiKamis, 01 Oktober 2009 – 11:33 WIB
Para pimpinan media dari Afrika yang umumnya baru sekali ini melihat Tiongkok, tidak habis keheranannya melihat Tiongkok sekarang. "Makanya Tiongkok agresif sekali masuk pasar Afrika," ujar salah satu dari mereka. Tiongkok kini memang memasuki Afrika secara besar-besaran, sampai-sampai membuat heran negara Barat. Kok mau Tiongkok masuk negara yang penuh dengan pergolakan. Perminyakan, telekomunikasi, infrasruktur di negara-negara Afrika kini memang dikuasai Tiongkok. Afrika memang penuh risiko, tapi rupanya justru itulah yang dilihat Tiongkok sebagai peluang. Sebagaimana mi Sedaap dari Surabaya yang berani masuk Nigeria 10 tahun lalu dan kini sudah berhasil menguasai pasar mi di sana. Tentu dengan risiko ada pegawainya yang dirampok dan bahkan dibunuh.
Demikian juga delegasi dari Brazil, Argentina, Chili, Meksiko, Kolombia, dan seterusnya. Umumnya baru sekali ini ke Tiongkok. Mereka tidak menyangka bahwa Tiongkok sudah mencapai tahapan sekarang ini. "Bagaimana keadaan semaju ini masih dikatakan negara berkembang. Shanghai ini sudah melebihi New York," ujar pemimpin media dari Kolombia. Sekali lagi, pejabat-pejabat tinggi Tiongkok merendah. "Kami masih punya banyak persoalan," katanya.
Tentu tidak hanya pagi ini perayaan kemerdekaan dilakukan secara spektakuler. Masih diteruskan lagi nanti malam. Pergelaran kesenian diadakan besar-besaran di lapangan Tian An Men yang letaknya di depan Istana Kota Terlarang itu. Kembang api yang akan dipergunakan untuk menghiasi langit Beijing nanti malam, misalnya, dua kali lipat dari yang digunakan saat pembukaan Olimpiade yang sudah mengagumkan dunia itu.Dan saya juga berada di situ nanti malam" (*)