8 Warga Marawi Dieksekusi Militan Maute, Diduga Lantaran Tak Bisa Baca Alquran
Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM), Gubernur Mujiv Hataman telah memerintahkan penyelidikan atas eksekusi brutal terhadap delapan korban tersebut.
Puluhan ribu orang telah meninggalkan Marawi sejak Selasa, saat gerilyawan terus mengamuk termasuk menyerang sebuah rumah sakit dan katedral. Menurut pemimpin gereja, orang-orang Kristen disandera. Lebih dari 100 narapidana, di antaranya adalah militan, dibebaskan saat pemberontak menyerbu dua penjara di kota tersebut.
Myrna Jocelyn Henry, seorang staf ARMM, mengatakan beberapa warga muslim memfasilitasi relokasi yang aman lebih dari seratus orang Kristen ke daerah yang lebih aman dalam empat hari terakhir.
Henry mengatakan bahwa mereka memvalidasi laporan bahwa seorang jaksa muslim menyelamatkan 42 orang Kristen yang terjebak di sebuah sekolah yang dibakar oleh para militan.
"Kami tidak memiliki rincian lengkap tentang bagaimana penyelamatan yang dilaporkan dilakukan. Sama saja, kami bersyukur atas bantuan besar ini. Pemerintah ARMM berterima kasih kepada warga muslim Marawi ini karena membantu menyelamatkan nyawa orang-orang non-Muslim," kata Henry.
Perang perkotaan di Marawi meletus setelah pasukan keamanan gagal menangkap Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf yang menurut pemerintah adalah orang ISIS di Filipina.
Pihak militer yakin kelompok Maute, yang dinamakan menurut kedua bersaudara yang memimpin militan tersebut, ingin melindungi Hapilon. Tahun lalu, militan Maute menewaskan 14 orang dalam sebuah pemboman di Davao City. (adk/jpnn)