Di suatu tempat titik tertentu, kapal-kapal penjelajah rudal dan kapal perusak membentuk perisai pelindung di sekitar kapal induk ini.
Tidak ada kru di kapal ini yang mengakui terus terang, namun pelayaran kapal memasuki Laut China Selatan dimaksudkan untuk mengirim pesan jelas: perairan laut ini bukan milik China sendiri.
China telah membangun landasan pesawat terbang dan pelabuhan di berbagai terumbu karang di kawasan ini, bertentangan dengan keputusan pengadilan internasional di Den Haag.
"Kami ingin menegakkan norma dan aturan agar kita tidak mengubah peta, demi menghindari friksi," kata Kapten Verissimo.
"Saat Anda mengubah peta, hal itu menciptakan friksi baru dan isu baru," tambahnya.
Dia tidak menyebutkan namanya, tapi satu-satunya negara yang coba mengubah peta di perairan ini adalah China. Negara itu telah menetapkan apa yang disebut "Nine Dash Line" di Laut China Selatan yang mereka klaim sebagai miliknya.
China tidak ingin ada pihak lain yang mendekati pulau-pulau buatannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News