Abhiseka dan Parisudha Agung Upaya Muliakan Candi Prambanan
jpnn.com, JAKARTA - Bertepatan dengan penanggal ke-11 (ekadasi) purnama sasih kalima (Ekadasi Suklapaksa Margasira) diselenggarakan upacara Abhiseka Samapta Diwyottama Siwalaya dan Parisuda Agung Paripurna sebagai penyucian Candi Prambanan dan upaya pelestarian warisan luhur yang mempersatukan.
Abhiseka dan Parisudha Agung dipuput oleh tujuh orang sulinggih dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda (Bali), Ida Rsi Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba (Jawa Barat), Romo Wiku Satya Dharma Telabah (Jawa Tengah), Ratu Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik (DI Yogyakarta), Ida Pedanda Gede Nyoman Puja Manuaba (Nusa Tenggara Barat), Ida Pandita Mpu Jaya Ashita (Bali), dan Romo Rsi Hasto Eka Dharma Telabah (Jawa Timur).
Ketua Umum Panitia Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947 Gede Narayana mengatakan ritual abhiseka dan parisuda agung paripurna merupakan upaya memuliakan Candi Prambanan.
Sebagai warisan luhur budaya yang diakui dunia, kata dia, perlu semangat dan upaya bersama untuk melestarikan Prambanan.
"Ornamen yang adi luhung dari Candi Prambanan perlu kita pelajari dan dalami bersama. Candi Prambanan merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan tidak hanya secara fisik tetapi pada tataran nilai," ujarnya.
Pelaksanaan ritual abhiseka dan parisudha agung merupakan wujud kebersamaan umat Hindu di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah selaku pengempon.
"Kebersamaan kita buka semata-mata dalam hal pelaksanaan ritual, namun lebih dari pada itu adalah kebersamaan umat Hindu dalam bingkai persatuan dan keharmonisan," ujar Gede Narayana yang juga sebagai Komisioner Komisi Informasi Pusat.
Gede Narayana berharap ritual abhiseka dan parisudha agung membawa pengaruh vibrasi positif yang disemai memberikan keberkahan untuk umat Hindu secara khusus dan kehidupan berbangsa dan bernegara secara umum.