Ada Perang Api... Awas, Jangan Ditiru di Rumah
Sebelum perang, peserta terlebih dulu mengikuti persembahyangan dan meminta air suci (tirta). Meski menggunakan kata perang, namun suasana perang api ini cukup hangat. Tidak ada dendam apalagi sakit hati terhadap sesama peserta.
"Tujuan siat geni ini untuk menghilangkan leteh, membakar nafsu jahat yang ada dalam diri manusia. Karena permainan ini juga merupakan permainan bhutakala," papar Mendra.
Perang api ini menjadi bagian dari prosesi leluhur untuk menolak bala dan mendatangkan keselamatan bagi warga Tuban. Dalam acara masiat geni ini, pemuda nantinya akan dibagi dalam dua kelompok kemudian saling lempar serabut kelapa yang sudah dibakar sehingga terlihat ada bara api.
Kedua kelompok kemudian saling lempar dan saling serbu dengan masing-masing serabut kelapa yang menyala. Itu membuat pemandnagan yang menarik, karena bara api berhamburan.
Anehnya, tak ada yang terluka di sini, karena semua sudah melakukan ritual khusus sebelumnya. Karena itu, kalau belum melakukan ritual khusus, jangan coba-coba ikut perang api, salah-salah bukan serabut yang terbakar, tapi rambut anda.
Menurut Mendra, perang api merupakan puncak dari prosesi upacara adat piodalan yang dilakukan desa adat setiap tahunnya. Namun, piodalan kali ini oleh warga setempat dianggap lebih istimewa. Sebab, selain ada agenda perang api, juga digelar pengaturan guru piduka, serta pengangkatan mangku alit menjadi mangku gede Pura Dalem Tuban.
Prosesi acara adat itu baru berakhir pada tengah malam menjelang dini hari. (radarbali/dkk/jpnn)