Ada yang Patah Kaki dan Terluka Parah
Ketika Jawa Pos menyambangi tempat tersebut, dua mobil sudah siap dibawa menjalankan misi. Satu SUV dan satu bak terbuka.
Lengkap dengan bala bantuan yang sudah disiapkan. Selain personel, ada kandang dan pakan satwa.
Femke Den Haas memimpin operasi penyelamatan. Perempuan berambut cokelat itu sudah makan asam garam dalam misi penyelamatan satwa di lokasi bencana. Pendiri JAAN tersebut berada di Bali sejak dua bulan lalu.
Sepanjang perjalanan menuju Dusun Geliang, dia sibuk berkoordinasi dengan Artana. Memastikan lokasi tujuan agar bisa memilih jalur tercepat. Maklum, jarak dari crisis center ke Dusun Geliang tidak kurang dari 30 kilometer.
Jarak sejauh itu harus mereka tempuh secepatnya. Sebab, tempat yang mereka tuju masuk kawasan rawan bencana (KRB). Artinya, harus kosong dari aktivitas apa pun.
Namun, karena Femke dan rekan-rekannya adalah relawan, pemerintah memberikan jalan. Tentu saja dengan catatan. ’’Kalau dari pusat vulkanologi ada informasi tremor semakin kencang, kami keluar,’’ ucapnya.
Perempuan kelahiran 1977 itu memastikan, dirinya dan tim bergerak dengan pengawasan. Mereka selalu menyetel alat komunikasi sehingga seluruh perkembangan Gunung Agung dari waktu ke waktu terpantau.
Femke menyatakan, sebenarnya ada juga rasa khawatir. ’’Tapi, bukan alasan bagi kami untuk tidak bergerak di lapangan,’’ tegasnya.