Adian: Semoga Para Menteri Tak Beri Data Salah ke Presiden Terkait Pakaian Bekas
Adia menyatakan kehereanannya melihat para menteri dimaksud terkesan berlomba mengejar, membakar dan menuduh pakaian bekas menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM.
Dia juga merasa heran, kenapa para menteri tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, melatih cara produksi, cara marketing bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri.
"Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari memperbaiki diri."
Menurut Adian, dari data yang dipaparkan dirinya tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku thrifting selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80 persen pasar Indonesia.
"Jadi, jangan jangan perintah bumi hangus pakaian bekas ini permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online yang memakai sepatu merk Bally dan mbak pedagang sayur yang pakai jaket Balenciaga?" katanya.
"Mungkin bisa juga anak para pejabat penggemar Rubicon protes keras ketika montir bengkel tempat Rubicon ganti oli ternyata pakai kaus branded."
"Semoga nanti tidak ada kasus orang miskin dipukuli karena pakai baju branded yang dia beli di Gede Bage atau Pasar Senen yang kebetulan sama warna, merek dan motif dengan baju branded anak pejabat pemilik Rubicon itu."
"Konon, anak pejabat kaya sering tersinggung berat kalau mendapat saingan. Karena itu, semoga para menteri tidak memberi data dan cerita yang tidak benar pada presiden, terkait dampak pakaian bekas impor terhadap UMKM dan dampak pakaian baru impor dari Negara Tiongkok," kata Adian. (gir/jpnn)