Adu Strategi Dua Tokoh NU
jpnn.com - JAKARTA - Pemilihan presiden 2014, tak hanya akan menjadi pertarungan Jokowi melawan Prabowo. Pemilihan pemimpin negara ini juga sekaligus menjadi arena adu kuat pengaruh dua tokoh senior Nahdlatul Ulama, yakni antara Mantan Ketua MK, Mahfud MD dengan tokoh perempuan NU, Khofifah Indar Parawansa.
Bergabungnya Mahfud MD yang pernah menjadi menteri di era Presiden Abudurahman Wahid (Gus Dur), sebagai Ketua Tim Pemenanganan Nasional pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dianggap dapat menyedot suara pemilih Islam. Terutama kalangan NU yang mayoritas berdomisili di Jawa Timur.
Namun, langkah politik pasangan Prabowo-Hatta untuk mengambil hati kalangan pemilih NU, tidaklah mulus begitu saja. Hal ini lantaran di tubuh pasangan capres Jokowi-JK ada Khofifah Indar Parawansa, yang pernah mencalonkan diri menjadi gubernur Jawa Timur.
Peneliti senior Founding Father House (FFH) Dian Permata, mengatakan bergabungnya Mahfud MD ke gerbong besar Prabowo-Hatta, jelas sangat menguntungkan sekaligus menambal kekuatan pasangan yang diusung Gerindra, PAN, PPP, PKS dan Golkar.
"Kehadiran Mahfud MD diprediksi bisa memberi warna dan menambah kekuatan Nahdlatul Ulama (NU) yang awalnya tidak dimiliki pasangan ini. Praktis penetrasi pasangan ini agak lebih terbuka jika dibandingkan sebelumnya. Mereka sepertinya paham betul soal potensi besarnya suara kaum NU," jelas Dian kepada INDOPOS (Grup JPNN), Minggu (25/5).
Dijelaskan Dian, Mahfud MD merupakan sosok yang dibesarkan di lingkungan budaya NU. Kelebihan lainnya, dia juga bagian dari keluarga besar PKB. "Pasangan ini (Prabowo-Hatta) memang terlihat seperti ingin serius menggarap pasar pemilih Islam yang ceruknya sangat besar, terutama kalangan pemilih NU," tegasnya.
Dian juga menilai, Prabowo-Hatta memanfaatkan kekurangan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) hanya didukung satu partai islam, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memang memiliki basis masa NU.
Sedangkan di kubu lawanya, ada empat partai islam bercokol, seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dengan basis Muhammadiyah dan Islam di perkotaan, juga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memiliki kader militan serta PPP sebagai partai islam dengan basis masa tradisional, ditambah PBB sebagai wadah kaum Masyumi.