Aduh! Harga BBM Bakal Menyulut Inflasi, Bisa Berbahaya
jpnn.com, JAKARTA - Kenaikan harga berbagai macam kebutuhan di tingkat konsumen makin terasa karena isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan bahwa angka inflasi sampai akhir 2022 bergantung pada kenaikan harga BBM.
Menurutnya, kenaikan harga BBM sebesar 10 persen, inflasi bisa bertambah 1,2 persen secara tahunan.
"Sehingga kalau naiknya harga BBM sampai 30 persen, ini akan bisa mendorong inflasi sampai tiga persenan," kata Faisal di Jakarta, Jumat.
Kenaikan harga BBM, kata Faisal, inflasi sepanjang 2022 bisa tersulit hingga 3,6 persen sehingga angkanya bisa mencapai 7-9 persen di akhir 2022.
Namun, jika BBM tidak naik, maka sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, inflasi di September dan Oktober diprediksi akan lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lain.
"Karena setiap tahun, inflasi paling tinggi itu di momen Lebaran, di tahun ini ada di pertengahan tahun yakni Juni. Inflasi di akhir tahun di antara Natal dan tahun baru juga tinggi. Inflasi di antara kedua momentum itu relatif rendah, tetapi paling rendah September dan Oktober karena tidak ada faktor yang mendorong kenaikan inflasi," katanya.
Hal ini juga terjadi ketika panen raya di Maret dan April, sehingga harga pangan seperti beras relatif rendah.