Afghanistan Kembali dalam Cengkraman Teror Taliban
jpnn.com, KABUL - Amerika Serikat (AS) menggulirkan perang Afghanistan pada 2001 dengan tujuan utama menumpas Taliban. Aksi militer besar-besaran yang didukung negara-negara sekutu AS itu sempat membuat Taliban tiarap.
Tapi, tidak lama. Sejak AS menarik pasukan tempurnya pada 2014, kelompok militan radikal tersebut kembali bangkit. Bahkan, dengan kekuatan berlipat.
”Sekitar 15 juta penduduk tinggal di area-area yang diduduki Taliban. Di sana Taliban aktif melancarkan serangan.” Demikian bunyi laporan BBC kemarin, Rabu (31/1).
Taliban, menurut media Inggris tersebut, menguasai sekitar 70 persen wilayah Afghanistan. Kehadiran mereka membuat seluruh masyarakat terancam. Terutama separo jumlah total populasi Afghanistan yang bermukim di area yang dikuasai Taliban.
Laporan BBC itu jelas dibantah rezim pemerintah yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani. Mereka menegaskan bahwa pasukan pemerintahlah yang berkuasa di seluruh wilayah Afghanistan. Termasuk di berbagai area yang diklaim sebagai sarang Taliban.
Namun, sanggahan tersebut bertentangan dengan fakta yang terjadi. Dalam sebulan terakhir saja, Taliban sudah melancarkan dua serangan mematikan.
”Tiap kali melangkah ke luar rumah, saya selalu tidak yakin apakah saya bisa pulang dalam kondisi hidup,” kata Sardar, penduduk Distrik Shindand.
Dia mengatakan bahwa bom bunuh diri, serangan bersenjata, dan teror terjadi hampir tiap hari. Dan, sebagai warga sipil, dia tidak bisa berbuat banyak kecuali berdoa. Sebab, Taliban bisa melancarkan serangan kapan pun dan di mana pun.