Agar Orang Tidak Salah Pilih Guru Privat
Insting bisnis Belva memang sudah terasah. Pada usianya yang kini baru menginjak 24 tahun, dia sudah mengenyam berbagai pengalaman kerja di perusahaan kelas dunia semacam Goldman Sachs dan McKinsey & Company di Singapura. Bahkan, anak pertama di antara tiga bersaudara pasangan Tri Harsono dan Murni Hercahyani tersebut sempat bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Republik Indonesia.
Saat ini Belva menjadi satu-satunya orang Indonesia yang berhasil masuk program dual degree master of business administration (MBA) di Stanford University dan program master of public administration (MPA) di Kennedy School of Government, Harvard University. Semua itu merupakan program beasiswa.
Karena itu, Belva mampu menyusun model bisnis Ruang Guru yang prospektif. Hasilnya, meski baru seumur jagung, Ruang Guru sudah menarik minat investor. Pada 19 Agustus lalu, start up pertama di bidang pendidikan di Indonesia itu mendapat modal dari East Ventures, sebuah perusahaan investasi yang beroperasi di Singapura dan Indonesia. Potensi 50 juta siswa, 3 juta guru, dan 200 ribu sekolah di Indonesia saat ini memang menciptakan ceruk pasar yang sangat menjanjikan.
Bahkan, lanjut Belva, salah seorang rekan belajarnya di Stanford University yang berasal dari Vietnam sudah menawarkan untuk mengembangkan konsep Ruang Guru di Vietnam.
Rupanya, di negeri yang sempat porak poranda karena perang saudara pada era 1960-an itu, peminat les privat juga sangat besar. ’’Jadi, bisnis ini prospektif dikembangkan di banyak negara, terutama di Asia,’’ ujarnya.
Meski demikian, Ruang Guru tak melulu mengejar profit. Belva yang selama ini aktif dalam banyak kegiatan sosial dan gerakan pemuda seperti komunitas online Bantu Indonesia menyebutkan, hal konkret sumbangsih Ruang Guru kepada dunia pendidikan adalah menyekolahkan anak Indonesia melalui program Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).
Perhitungannya, setiap murid yang belajar selama sejam melalui Ruang Guru sama dengan menyekolahkan satu anak Indonesia selama sehari.
Selain itu, sebagian profit lainnya akan digunakan untuk mendukung program-program pemberdayaan pemuda dan pengembangan masyarakat yang dikelola pemuda secara sukarela melalui organisasi Indonesian Future Leaders.