Agar Sukses, Anggota BIN Harus Dapat Restu Ibu
Sabtu, 27 Oktober 2012 – 07:20 WIB
Padahal, lanjut dia, intelijen seharusnya mengabdi pada satu prinsip, yakni kepentingan nasional. "Karena pimpinan tertinggi yang idealnya bisa menjamin kepentingan nasional adalah presiden, kami hanya patuh kepada dan melayani presiden sebagai single user," katanya.
Intelijen juga harus legawa jika selalu disalahkan dalam setiap peristiwa besar. "Kita tidak boleh membela diri walaupun data dan analisis sudah disetorkan ke user sebelum kejadian, tapi tidak ditindaklanjuti. Istilahnya, gupak pulut ora mangan nangkane (kena getah, tapi tak mencicipi buahnya, Red)," katanya.
Sejarah ilmu dan metode intelijen sudah ribuan tahun. Di Indonesia bahkan dipakai sejak zaman Ken Arok dalam meruntuhkan takhta Tunggul Ametung pada masa Kerajaan Singasari. Begitu juga saat Sultan Agung Hanyokrokusumo menyerang Batavia. Saat itu Sultan memanfaatkan telik sandi beretnis Tionghoa bernama Tjong Ling.