Agum dan SBY Diminta Buka-bukaan soal Penculikan Aktivis
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Rumah Gerakan 98 Bernard Ali Mubang Haloho menilai eks anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) harus membuka semua yang mereka tahu soal keterlibatan Prabowo Subianto dalam penculikan aktivis pada masa Orde Baru. Termasuk di antara anggota DPKP adalah, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) dan anggota Wantimpres Agum Gumelar.
“SBY dan Agum Gumelar harus memberikan keterangan kepada Komnas HAM dan Kejaksaan Agung atas peristiwa penculikan dan penghilangan paksa. Demi keadilan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/3).
Bernard mengapresiasi Agum yang sudah sedikit buka-bukaan dalam sebuah forum diskusi beberapa waktu lalu. Namun, akan lebih baik jika fakta-fakta yang diketahui Agum dibuka kepada aparat penegak hukum.
BACA JUGA: Keluarga Korban Penculikan Aktivis '98 Tak Rela Prabowo Jadi Presiden
Bernard juga menilai keheranan Agum terhadap SBY yang kini berbalik mendukung Prabowo sebagai hal wajar. Dia menilai pernyataan tersebut bukan upaya pembunuhan karakter.
“SBY kan saat itu (1998) juga bagian dari DKP yang menyidangkan dan memecat menantu Soeharto (Prabowo) dari militer. Ini adalah sebuah fakta sejarah dan jelas bukan merupakan pembunuhan karakter,” katanya.
Dia juga mengimbau SBY berhenti memainkan dua peran. Mantan presiden dua periode itu tidak bisa berkilah ingin menjaga situasi tetap adem, sementara di sisi lain membiarkan Andi Arief mengeluarkan pernyataan politik yang serampangan.
Lebih lanjut Bernard meminta Komnas HAM dan Kejaksaan Agung untuk menindaklanjuti pernyataan Agum Gumelar dan SBY. “Panggil mereka untuk dimintai keterangan. Sebagai lembaga negara yang independen, Komnas HAM jangan berlindung di balik alasan Pilpres, karena takut isu ini akan dijadikan komoditas politik,” tegasnya. (dil/jpnn)