Ahli Cagar Budaya Sarankan Penjara Kalisosok Surabaya Jadi Wisata Horor
jpnn.com, SURABAYA - Komunitas sejarah menemukan perusakan secara sengaja di eks Penjara Kalisosok, Jalan Kasuari, Krembangan, Surabaya, pada Maret lalu.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) meninjau bangunan yang merupakan salah satu cagar budaya itu.
Respons Pemkot Surabaya itu ditanggapi Tim Ahli Cagar Budaya Prof Purnawan Basundoro. Dia menyarankan supaya tidak hanya meninjau dan membersihkan tempat itu saja.
Menurut pria yang juga sejarawan Universitas Airlangga (Unair) itu, eks Penjara Kalisosok bisa dimanfaatkan menjadi wisata. Terlebih mempunyai historis yang banyak dan kisah-kisah uniknya.
“Wisata penjara merupakan jenis wisata terbilang unik, karena selain sebagai tempat wisata yang memiliki edukasi juga memiliki kesan horor,” ujar dia secara tertulis, Minggu (18/4).
Purnawan mengatakan wisata penjara bisa diintegrasikan dengan kota lama di Surabaya. Mengingat di dekat situ ada Jembatan Merah dan bangunan lain sarat akan sejarah.
"Dengan adanya hal itu bisa menunjang gagasan kota lama di Surabaya,” kata dia.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair itu menambahkan, apabila ada wisata kota lama, Surabaya tidak hanya sebagai tempat transit keberangkatan wisatawan dari dan ke Bali.
Wisatawan dapat singgah dan bernostalgia dengan nuansa Kota Pahlawan.
“Sejauh ini, Surabaya hanya dijadikan sebagai kota transit untuk para wisatawan menuju Bali. Adanya Wisata Kota Lama Surabaya tentunya dapat menunjukkan sisi lain dari Surabaya sebagai Kota Pahlawan itu sendiri,” tegas dia.
Purnawan mengatakan supaya cagar budaya di kawasan kota lama terjaga, Purnawan mengusulkan pembentukan Badan Pengelolaan Cagar Budaya.
Badan ini tidak perlu melibatkan banyak dinas-dinas terkait. Nantinya akan mengelola, mengembangkan dan turut menjaga kawasan cagar budaya itu sendiri.
Sedangkan untuk mengembangkan wisata kota lama, Purnawan mendorong pemanfaatan teknologi ke dalam skema proyek ini.
Menurut dia, yang paling awal, dia memberikan gagasan dengan memanfaatkan teknologi barcode.
“Implementasi teknologi dalam pengembangan wisata sejarah harus dioptimalkan," pungkas Purnawan. (mcr12/jpnn)