Ahmad Basarah Berharap Buku 'Catatan Merah' Karya Guntur Soekarnoputra Dibaca Generasi Milenial
‘’Padahal kita tahu, Bung Karno sangat berjasa pada tanah air, bahkan pada dunia internasional. Inilah bagian dari jurus jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,’’ kata Basarah yang juga penulis buku ‘’Bung Karno, Islam dan Pancasila’’, itu.
Dalam catatan doktor ilmu hukum lulusan Universitas Diponegoro Semarang itu, jejak politik untuk menghapus jasa dan kepahlawanan Bung Karno terlihat dari dikeluarkannya Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/ MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Presiden Soekarno.
Dalam bagian konsideran atau menimbang TAP MPRS tersebut dikatakan bahwa Presiden Soekarno dituduh terlibat memberikan dukungan terhadap peristiwa G-30-S/PKI.
‘Namun, harap dicatat, TAP MPRS No, XXXIII/MPRS/1967 itu telah dinyatakan tidak berlaku lagi,” katanya.
Apalagi, tambah ketua Fraksi PDI Perjuangan ini, Bung Karno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 telah mendapat gelar pahlawan nasional. ‘’Jika benar Bung Karno berkhianat pada bangsa, maka tidak mungkin ia mendapat gelar pahlawan nasional,’’ jelas Ahmad Basarah.
Lebih lanjut Basarah mengatakan bahwa untuk dunia Islam, Bung Karno juga punya jasa besar. Menurut dia, Bung Karno berjasa besar di balik dibatalkannya penutupan Universitas Al-Azhar Mesir oleh Presiden Gamal Abdul Nasser.
Kemudian, penemuan makam Imam Bukhari di Uzbekistan, difungsikannya kembali Masjid Biru di Moskow, tokoh di balik terselenggaranya Konferensi Islam Asia Afrika 1965 di Bandung, serta ditanamnya pohon Sukarno di Arafah, Saudi Arabia.
Dalam komentarnya, Try Sutrisno memuji editor buku ini yang disebutnya terkesan sangat mengenal jati diri penulis buku.