Akademisi di Melbourne Bahas Islamisasi di Indonesia
"Kalau kita perhatikan foto-foto di masa lalu dalam pertemuan NU atau Muhamadiyah misalnya hampir tidak ada yang mengenakan jilbab. Sekarang, semua mereka mengenakan jilbab," kata Millie.
Melihat dari kacamata di atas menurut Millie, Indonesia memang lebih Islami. "Namun pertanyaan berikutnya adalah apa artinya lebih Islami tersebut. Kata Islamisasi sendiri tidak memberikan contoh yang konkrit mengenai apa yang terjadi," kata Millie.
Mengambil contoh apa yang pernah dilakukan dai AA Gym yang berhasil membangun bisnis sambil berdakwah, Millie mengatakan bahwa para pegiat Islam di Indonesia dengan cepat menggunakan banyak ide budaya yang sudah ada di Indonesia untuk menyebarkan pengaruh mereka.
"Mereka mengkombinasikan dengan hal-hal modern seperti psikologi, manajemen, motivasi dan lainnya untuk menarik pengikut. Fenomena da'i cilik misalnya dimulai dari acara televisi. Sekarang kita melihat di pesantren pada da'i cilik sengaja dilatih," tambah Millie.
Namun di tengah semua itu, menurut Miliie, mereka yang berharap bahwa kini semakin dominan warga muslim Indonesia yang lebih religius atau lebih taat dalam menjalankan agamanya, akan kecewa, karena hal tersebut tidak terjadi.
"Saya mendengar banyak keluhan bahwa walaupun begitu banyak kita lihat orang yang berlomba mengajarkan Islam di Indonesia namun kemajuan tidak banyak. Ada yang mengatakan yang terjadi adalah seperti "kita hanya berlari di tempat"," kata Milie.
Senada dengan Millie, Ariel Heryanto dalam pembahasannya mengatakan yang ada di Indonesia sekarang ini adalah fenomena Islam pop. Hal-hal yang berhubungan dengan Islam sangat populer mulai dari buku, film, fashion, musik.
Dalam waktu yang bersamaan, juga terjadi fenomena Asianisasi dimana warga di Indonesia berpaling ke Timur, dengan munculnya fenomena seperti K-pop dimana Indonesia adalah pecinta K-pop terbesar di dunia.