Akankah Erdogan Effect di Turki Merembet ke Pilpres RI?
Oleh Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Recep Tayyip Erdogan memenangi pemilu presiden putaran kedua di Turki, Minggu (28/5). Erdogan menang dengan mengumpulkan suara 52,14 persen mengungguli lawannya, Kemal Kilicdaroglu (47,86 persen).
Pemilihan dilakukan dua putaran karena pada putaran pertama tidak ada kandidat yang mencapai 50 persen plus. Erdogan menjadi juara pada putaran pertama dengan 49,5 persen suara, sedangkan Kiricdaroglu meraih 44,9 persen suara.
Di Indonesia, kemenangan Erdogan memunculkan harapan akan terjadinya ‘Erdogan Effect’ berupa bangkitnya politik Islam. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendukung Anies Baswedan berharap tuah positif dari kemenangan Erdogan bisa terjadi di Indonesia.
Akan tetapi, citra Erdogan yang negatif di mata media Barat membuat pendukung Anies harus berhati-hati untuk mengasosiasikan bakal capres dari Koalisi Perubahan itu dengan Erdogan.
Pemilu Turki kali ini menjadi pemilu yang paling keras dan ketat, karena semua kelompok oposisi berkoalisi untuk mengalahkan Erdogan. Pemilu ini juga banyak memunculkan cawe-cawe politik karena ada intervensi dari Barat yang tidak menginginkan Erdogan untuk menang.
Hal itu tecermin pada pemberitaan media Barat yang menggambarkan Erdogan sebagai sosok otoriter dan opresif yang harus digulingkan.
Erdogan digambarkan sebagai pemimpin ekspansionis yang berambisi membangkitkan kembali kekuasan global Turki seperti pada masa kekuasaan Khalifah Utsmaniyah pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Erdogan disamakan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang juga dipotret sebagai pemimpin otoriter yang ingin kembali membangkitkan imperium Rusia.