'Aksara Iblis' di Sinetron Kun Fayakun Resahkan Warga Bali
Ketua Aliansi Pemuda Hindu Bali (APHB) I Wayan Suartika menyayangkan tayangan tersebut. Sebab, tayangan itu bisa memicu kesalahpahaman.
“Kami berencana akan bersurat ke KPI untuk menegur itu (Kun Fayakun, red). Artinya memanggil, klarifikasi dan tidak menayangkan itu lagi,” katanya.
Pemuda asal Karangasem itu juga mempersoalkan adegan yang sensitif itu bisa ditayangkan. “Kenapa tidak disensor, karena sangat sensitif bagi kita di Bali,” ujarnya.
Sementara Ketua PHDI Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M. Si menyatakan pihaknya telah membahas permasalahan tersebut. Menurutnya, aksara suci di Bali adalah Om dan Mudra.
“Tapi kalau aksara yang dipakai oleh pemain sinetron itu tidak berbunyi (kalimatnya tidak terbaca, Red),” ungkapnya.
Meski begitu, Sudiana mengharapkan agar tidak ada anggapan bahwa aksara Bali dipakai sebagai sesuatu yang bernilai rendah. Sebaiknya pembuat sinetron juga berkonsultasi terlebih dahulu.
“Kan ini harus konsultasi. Boleh apa tidak, sehingga tidak seolah-olah memancing untuk membuat keruh suasana,” jelasnya.
Dia juga meminta masyarakat Bali tetap tentang. Harapannya agar persoalan tidak makin keruh.