Alasan Remaja Mudah Emosional
Selama masa remaja, sistem limbik bakal lebih bergesekan dengan hormon testosteron. Hal ini dapat memicu fungsi otak menjadi lebih labil dan “naik–turun”.
Memasuki usia menjelang dewasa, contohya jelang 20-an, sistem otak limbik akan lebih berkorelasi dengan korteks prefrontal (PFC) dan amigdala. Korteks prefrontal akan mengembangkan dan memperluas jalur komunikasi cepat ke sistem limbik, juga memperbaiki segala hal terkait emosi dan hasrat remaja sehingga dapat bersikap lebih matang dalam menanggapi banyak hal.
Faktanya, emosi dan perasaan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari sehingga amat penting untuk mempelajarinya sejak dini. Pada setiap pengambilan keputusan, emosi perlu terlibat karena dapat memengaruhi apa pun yang dipilih. Terlalu emosional akan mengaburkan sikap rasional, sementara kelewat dingin bakal menghilangkan sisi peka.
“Membimbing remaja memahami emosinya bukanlah hal yang mudah, karena menuntut kesabaran tingkat tinggi. Namun, inilah tugas orangtua. Karena jika tidak dilindungi, mereka (remaja) akan memiliki interpretasi yang salah mengenai cara bersikap, yang dapat berpengaruh pada masa dewasanya,” ujar dr. Atika dari KlikDokter.
Jadi, bagi para orang tua atau Anda yang memiliki kerabat remaja, penting untuk memahami pertumbuhan mereka agar tidak terjadi salah paham. Remaja yang sebelumnya emosional bisa berkembang ke arah yang lebih baik jika didampingi, diawasi dan didukung oleh orang-orang di sekitarnya.(NB/RVS/klikdokter)