Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Alim

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 06 September 2021 – 23:49 WIB
Alim - JPNN.COM
Pebulu tangkis putri Indonesia Leani Ratri Oktila (kiri) dan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A/pras.

Penyebutan istilah cacat bagi atlet difabel terasa sebagai diskriminasi. Lalu pada 2005, seiring dengan terbentuknya IPC, Indonesia pun menyelenggarakan Pekan Paralimpiade Nasional (Papernas).

Dengan ajang Papernas ini diharapkan diskriminasi terhadap atlet difabel bisa dihilangkan, dan para atlet difabel bisa diperlakukan sejajar dengan atlet non-difabel lainnya.

Diskriminasi di dunia olahraga menjadi penyakit yang diperangi secara internasional.

Tindakan rasisme masih selalu terjadi dalam berbagai even olahraga. Dalam sepak bola, rasisme terhadap pemain berkulit hitam menjadi penyakit yang diperangi mati-matian, tteapi sampai sekarang masih tetap bermunculan.

Dalam pertandingan sepak bola kualifikasi Piala Dunia antara Hungaria melawan Inggris, Jumat (3/9) dua pemain Inggris berkulit hitam, Raheem Sterling dan Jude Belingham, menjadi korban serangan rasisme suporter Hungaria.

Setiap kali Sterling membawa bola, suporter tuan rumah menirukan suara monyet untuk menghina Sterling.

Ketika kedua tim melakukan ritual berlutut sebelum pertandingan, suporter Hungaria juga meneriakkan ‘’Booo’’.

Berlutut sebelum pertandingan menjadi simbol yang dilakukan untuk melawan diskriminasi dan rasialisme di dunia sepak bola.

Atlet Paralimpiade seperti Alim-Leani belum mendapatkan guyuran hadiah sebagaimana yang diterima atlet Olimpiade.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close