Aliran Apa Ini? Naik ke Bukit Secara Berpasangan, Tanpa Busana, Begituan, Tuhannya Menerima
Kapolres menjelaskan, dahulu ada orang tua bernama Apus yang pernah melakukan ibadah di Kampung Kyamdori.
Orang tua itu berdoa di atas batu yang kini disembah oleh kelompok tersebut. Apus sendiri sudah lama meninggal. Entah bagaimana muncul ajaran yang berkaitan dengan sejarah batu tempat berdoa tadi. Batu itu buat kelompok tadi dianggap sebagai tempatnya Tuhan.
Informasi lain yang diperoleh Cenderawasih Pos, dalam ajaran ini melegalkan persetubuhan dan di lokasi melakukan ibadah dibangun pondok-pondok yang diduga untuk melakukan persetubuhan.
Lalu ada kegiatan malam hari yakni naik ke atas bukit secara berpasangan dengan tanpa busana dan sesampainya di atas mereka diperbolehkan melakukan hubungan badan hingga pagi hari.
Jika tidak melakukan maka dianggap tidak menerima ajaran Tuhan, sedangkan jika melakukan dianggap menjalankan ajaran Tuhan.
Ada yang sampai hamil dari kegiatan tersebut.
Kelompok dari tim doa ini sendiri diprediksi sudah mencapai 100-an orang.
“Saat ini kami masih mengambil keterangan dari pentolan kelompok," kata kapolres. (ade/nat)