Amazon Angkat Kaki dari Tiongkok
Namun, Amazon memilih gulung tikar. Sebab, hasil mereka tak sebanding dengan investasi. Menurut konsultan Analysys, mereka hanya mendapatkan 0,6 persen dari seluruh pangsa pasar business to consumer ritel online di Tiongkok tahun lalu. Sebaliknya, Tmall milik Alibaba meraup 61,5 persen dan JD.com meraup 24,2 persen. Amazon bahkan kalah oleh perusahaan kecil seperti Pinduoduo dan VIP.com.
''Beberapa tahun belakangan bisnis kami berkembang menjadi jasa penjualan lintas negara. Kami melihat respons yang baik dari konsumen yang butuh barang otentik dan berkualitas,'' ujar jubir Amazon.
Meski angkat tangan, Amazon masih punya layanan di Tiongkok. Mereka masih menjajakan layanan pembelian produk luar negeri secara online. Juga penjualan Kindle, buku elektronik khas Amazon, dan jasa cloud computing.
Pakar mengatakan, Amazon belum sadar alasan kekalahan mereka di Tiongkok. Selama belasan tahun, Amazon tak merangkul budaya penduduk Tiongkok. ''Mereka tetap mempertahankan gaya situs ala Amerika dan tidak melakukan promo saat Double 11. Seakan mereka terlalu sombong untuk menjadi perusahaan lokal,'' ungkap Li Chengdong, pendiri Dolphin Think Tank, perusahaan riset tentang jasa digital.
Double 11 atau biasa disebut Singles' Day merupakan momen tahunan Tiongkok yang biasa diisi diskon besar-besaran. Alibaba maupun JD menggelar promo besar-besaran dalam momen tersebut. Sementara itu, Amazon masih fokus menggelar promo Black Friday dan Cyber Monday khas Amerika. (bil/c17/sof)