Amerika Buka Peluang Pertemuan dengan Delegasi Korut di Jakarta
Korut melakukan lebih dari 80 uji coba rudal balistik sejak Januari 2022, sementara juga menembakkan kendaraan peluncur antariksa (SLV) pada Mei, membawa apa yang mereka sebut sebagai satelit pengintaian militer, meski akhirnya gagal dilakukan.
AS mengecam keras peluncuran gagal satelit yang diklaim tersebut, mencatat bahwa SLV menggunakan teknologi yang sama dengan rudal balistik antarbenua jarak jauh, yang dilarang dikembangkan atau digunakan oleh Korut berdasarkan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Seperti posisi pemerintahan kami sejak awal, kami terbuka, dan saya yakin menlu akan menegaskan ini kembali, kami terbuka untuk keterlibatan dan diplomasi dengan DPRK," kata Kritenbrink.
Namun menurut Kritenbrink satu-satunya respons yang diterima dari Korut yakni peningkatan pengujian rudal.
"Jadi, untuk menghadapi itu, kami akan terus mengambil langkah-langkah yang kami perlukan, sekali lagi untuk membela AS dan sekutu perjanjian kami, tentu saja, terus menegakkan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB secara ketat dan menerapkan sanksi kami sendiri yang dirancang untuk melawan ancaman ini," jelas dia.
Ketika ditanya apakah isu Korut akan secara resmi didiskusikan dalam ARF, pejabat Departemen Luar Negeri itu mengatakan bahwa AS dan sekutunya pasti akan mengangkat isu itu.
Mengingat pentingnya sejumlah isu tersebut di kawasan, "Saya kira Anda bisa memperkirakan... bahwa AS dan lainnya kemungkinan besar akan mengangkat sejumlah isu tersebut," tegas dia.
"Saya tidak yakin untuk mengatakan bahwa (isu) Korut secara resmi masuk dalam agenda." (ant/dil/jpnn)